info SAMARINDA
Kliping Internet 0355
Jumat, 20 Agustus 2010
Potret Kota Samarinda
Geografis dan Iklim
Kota Samarinda terletak didaerah katulistiwa. Datar dan berbukit antara 10-200 meter diatas permukaan laut. Dengan luas wilayah 718 KM². Kota Samarinda berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara disebelah barat, timur, selatan dan utara. Kota Samarinda beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun. Suhu udara antara 24-32C, dengan curah hujan rata-rata 162 mm, dan kelembaban udara rata-rata 82,7%.
Pemerintahan dan Kependudukan
Wilayah administrasi Kota Samarinda terdiri dari 6 Kecamatan dan 53 Kelurahan. Penduduk Kota Samarinda tercatat sebanyak 588.135 jiwa. Dengan laju pertumbuhan 5-7% per tahun, yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan pemeluk agama terbanyak adalah Islam, disamping terdapat juga pemeluk agama Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu
Penduduk Kota Samarinda sebagian besar bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor lain yang dominan adalah industri.
Pemanfaatan Lahan
Lahan di Kota Samarinda dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik untuk pertanian, pemukiman maupun perindustrian. Pemanfaatan yang terluas adalah untuk pekarangan/bangunan, sedangkan pemanfaatan yang terkecil adalah untuk rawa/kolam.
Perekonomian
Kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Samarinda adalah sektor industri pengloahan yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor yang paling kecil memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Samarinda adalah sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertanian. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda selalu positif, ini menunjukkan keadaan perekonomian yang semakin membaik.
Infrastruktur
Layanan jaringan telepon di Kota Samarinda dilakukan oleh PT. Telkom Kandatel Kota Samarinda. Prasarana jasa telekomunikasi di Kota Samarinda bisa dikatakan masih kurang meskipun setiap tahunnya mengalami peningkatan pelayanan. Selain itu, semua penyelenggara layanan jaringan telepon bergerak telah ada di kota ini.
Kebutuhan listrik Kota Samarinda dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah VI Cabang Samarinda. Perkembangan produksi listrik di Kota Samarinda mengalami peningkatan terus tiap tahun.
Jaringan jalan yang ada di Kota Samarinda merupakan bagian dari sistem transportasi regional yang menghubungkan Kota Samarinda dengan kota/kabupaten lain di provinsi Kalimantan Timur. Sebagaian besar jalan yang ada di Kota Samarinda sudah memiliki permukaan yang beraspal dengan kondisi baik.
Daerah pelayanan air bersih di Kota Samarinda dibagi dua yaitu: Samarinda Ulu - Samarinda Ilir serta Samarinda Seberang. Kebutuhan air bersih ini dipenuhi oleh PDAM Kota Samarinda dengan air baku dari Sungai Mahakam melalui 5 buah intake. Kelima intake itu adalah Gajahmada, Karang Asam, Teluk Lerong, Loa Kulu dan Samarinda Seberang.
Sumber :
http://www.bappeda.samarinda.go.id/potret.php
Sumber Gambar:
http://www.bpkp.go.id/unit/Kaltim/islamic_center_samarinda.jpg
http://images.megablitz.multiply.com/image/1/photos/43/1200x1200/3/Samarinda-10-January-2009-4.JPG?et=3jnjxZ016TpZ8Eh0KPqVGg&nmid=233261489
http://borneo-island.info/wp-content/uploads/2010/01/samarinda.jpg
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Samarinda_s.jpg
http://www.bappeda.samarinda.go.id/potret.php
http://www.ampl.or.id/lain-lain/peta/22_east_kalimantan_map.gif
http://www.bappeda.samarinda.go.id/potret.php
Sejarah Kota Samarinda
Pada saat pecah perang Gowa, pasukan Belanda di bawah Laksamana Speelman memimpin angkatan laut menyerang Makasar dari laut, sedangkan Arupalaka yang membantu Belanda menyerang dari daratan. Akhirnya Kerajaan Gowa dapat dikalahkan dan Sultan Hasanudin terpaksa menandatangani perjanjian yang dikenal dengan " PERJANJIAN BONGAJA" pada tanggal 18 Nopember 1667.
Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja tersebut, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah kerajaan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh.
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan di kiri kanan sungai daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama-kelamaan ejaan "SAMARINDA".
Orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada permulaan tahun 1668 atau tepatnya pada bulan Januari 1668 yang dijadikan patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda. Telah ditetapkan pada peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi "Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 H" penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke 320 pada tanggal 21 Januari 1980.
Sumber :
http://www.samarinda.go.id/sejarah
Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja tersebut, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah kerajaan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh.
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan di kiri kanan sungai daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama-kelamaan ejaan "SAMARINDA".
Orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada permulaan tahun 1668 atau tepatnya pada bulan Januari 1668 yang dijadikan patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda. Telah ditetapkan pada peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi "Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 H" penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke 320 pada tanggal 21 Januari 1980.
Sumber :
http://www.samarinda.go.id/sejarah
Kota Samarinda
Kota Samarinda merupakan salah satu kota yang sekaligus ibukota Propinsi Kalimantan Timur. Secara geografis daerahnya berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara di sebelah Utara, Timur, Selatan dan Barat. Luas wilayahnya mencapai 718 Km2, yang terbagi dalam enam Kecamatan.
Sektor perkebunan, komoditi unggulan berupa kelapa mencapai 860 ton, karet 192 ton, dan kakao 72 ton. Kondisi perekonomian cukup menonjol karena memproduksi bahan baku yang diolah diberbagai industri seperti : industri pengolahan rotan, industri plywood, industri moulding, serta industri pengrajin kayu. Selain industri menengah, juga memiliki industri rumah tangga atau produk kerajinan rakyat seperti batu-batuan (kristal, kecubung), rotan (topi seraung, lampit), peralatan dan hiasan tradisional (mandau, patung, manik-manik), seperti pakaian tradisional (sarung Samarinda, batik Kaltim).
Kota Samarinda menyimpan potensi perekonomian melalui sektor pariwisata diantaranya air terjun tanah merah, kebun raya Samarinda, cagar budaya suku dayak, mesjid tua Samarinda, serta potensi wisata ditepi sungai Mahakam.
Dua sektor berperan signifikan dalam perekonomian Kota Samarinda. Yaitu sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Dari keseluruhan nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 Tahun 2006 sebesar Rp 9,87 trilyun, kontribusi perdagangan Rp 2,56 trilyun (25,96 %). Sementara kontribusi sektor industri pengolahan Rp 2,32 trilyun atau 23,54 persen.
Pada kegiatan perdagangan, dicapai realisasi ekspor lebih dari US $ 1 milyar dengan kecenderungan semakin meningkat. Berbagai kegiatan ekonomi, termasuk perdagangan ini ditopang fasilitas akomodasi yang cukup memadai. Di Kota Samarinda terdapat 44 buah hotel dengan 6 diantaranya merupakan hotel berbintang.
Dinamika perdagangan antara lain tercermin dari banyaknya Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar perusahaan (TDP). Di Kota Samarinda pada Tahun 2006 dikeluarkan SIUP sebanyak 1.630 buah. SIUP terbanyak dikeluarkan untuk pedagang besar, yaitu 978 buah. Sementara SIUP untuk pedagang menengah sebanyak 431 buah, dan pedagang kecil 221 buah. Kecamatan Sungai Kunjang merupakan kecamatan dengan jumlah SIUP untuk Pedagang besar dan menengah terbanyak. Kecamatan ini merupakan sentra perdagangan besar dan menengah. Sedangkan sentra pedagang kecil terdapat di Kecamatan Samarinda Ilir.
Untuk sektor industri, setidaknya terdapat 867 buah unit usaha. Unit usaha terbanyak merupakan kelompok industri hasil hutan, kimia, dan percetakan, yaitu 390 buah. Kelompok industri tersebut menyerap tenaga kerja dan investasi terbesar, yaitu 3.443 tenaga kerja dan investasi lebih dari Rp 90 milyar. Kelompok industri lainnya yang ada di Kota Samarinda antara lain Industri logam mesin dan perekayasaan dengan jumlah unit usaha sebanyak 240 buah, industri agro 169 buah, dan industri elektronika dan aneka usaha 68 buah.
Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Samarinda
Sektor perkebunan, komoditi unggulan berupa kelapa mencapai 860 ton, karet 192 ton, dan kakao 72 ton. Kondisi perekonomian cukup menonjol karena memproduksi bahan baku yang diolah diberbagai industri seperti : industri pengolahan rotan, industri plywood, industri moulding, serta industri pengrajin kayu. Selain industri menengah, juga memiliki industri rumah tangga atau produk kerajinan rakyat seperti batu-batuan (kristal, kecubung), rotan (topi seraung, lampit), peralatan dan hiasan tradisional (mandau, patung, manik-manik), seperti pakaian tradisional (sarung Samarinda, batik Kaltim).
Kota Samarinda menyimpan potensi perekonomian melalui sektor pariwisata diantaranya air terjun tanah merah, kebun raya Samarinda, cagar budaya suku dayak, mesjid tua Samarinda, serta potensi wisata ditepi sungai Mahakam.
Dua sektor berperan signifikan dalam perekonomian Kota Samarinda. Yaitu sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Dari keseluruhan nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 Tahun 2006 sebesar Rp 9,87 trilyun, kontribusi perdagangan Rp 2,56 trilyun (25,96 %). Sementara kontribusi sektor industri pengolahan Rp 2,32 trilyun atau 23,54 persen.
Pada kegiatan perdagangan, dicapai realisasi ekspor lebih dari US $ 1 milyar dengan kecenderungan semakin meningkat. Berbagai kegiatan ekonomi, termasuk perdagangan ini ditopang fasilitas akomodasi yang cukup memadai. Di Kota Samarinda terdapat 44 buah hotel dengan 6 diantaranya merupakan hotel berbintang.
Dinamika perdagangan antara lain tercermin dari banyaknya Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar perusahaan (TDP). Di Kota Samarinda pada Tahun 2006 dikeluarkan SIUP sebanyak 1.630 buah. SIUP terbanyak dikeluarkan untuk pedagang besar, yaitu 978 buah. Sementara SIUP untuk pedagang menengah sebanyak 431 buah, dan pedagang kecil 221 buah. Kecamatan Sungai Kunjang merupakan kecamatan dengan jumlah SIUP untuk Pedagang besar dan menengah terbanyak. Kecamatan ini merupakan sentra perdagangan besar dan menengah. Sedangkan sentra pedagang kecil terdapat di Kecamatan Samarinda Ilir.
Untuk sektor industri, setidaknya terdapat 867 buah unit usaha. Unit usaha terbanyak merupakan kelompok industri hasil hutan, kimia, dan percetakan, yaitu 390 buah. Kelompok industri tersebut menyerap tenaga kerja dan investasi terbesar, yaitu 3.443 tenaga kerja dan investasi lebih dari Rp 90 milyar. Kelompok industri lainnya yang ada di Kota Samarinda antara lain Industri logam mesin dan perekayasaan dengan jumlah unit usaha sebanyak 240 buah, industri agro 169 buah, dan industri elektronika dan aneka usaha 68 buah.
Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Samarinda
Sarung Samarinda Tinggal Kenangan
Pasaran Sarung Samarinda yang merupakan salah satu ciri khas Samarinda sekarang hanya tinggal nama saja, karena sekarang Sarung Samarinda tidak hanya diproduksi dari Samarinda, sekarang sarung Samarinda jenis printing sudah ada diproduksi di Gresik, bahkan sistem penjualanya sudah diekspor sampai ke Dubai.
Pusat kerajinan Fitriah salah satu toko yang khusus menjual sarung Samarinda, batik Kaltim, souvenir Kalimantan dan lainnya merasakan kemerosotan penjualan, ketika keadaan ekonomi dalam keadaan krisis.
Yang menjadi andalan Kaltim untuk oleh-oleh selain makanan dalam bentuk barang salah satunya adalah sarung Samarinda dan batik Kaltim.
Banyaknya produsen yang memproduksi sarung Samarinda menurut Pemilik Pusat Kerajinan Sarung Samarinda Hj Nurlela saat ditemui sangat mengganggu kelancaran sistem pemasaran Sarung tersebut.
“Bahkan bagi mereka yang tidak tahu keaslian sarung dengan kualitas rendah, biasanya dijual dengan harga RP 300 ribu padahal harga sebenarnya Rp 30 ribu konsumen tidak tahu sarung Samarinda yang asli,” ujarnya.
Diuraikannya, dengan mengambil bahan baku dari Samarinda para pengusaha pengrajin sarung bisa membuat persis seperti sarung Samarinda dan dijual dengan harga murah.
Selain itu mereka lebih mudah memasarkannya, disisi lain pengrajin asli Kaltim harus bisa berusaha mempertahankan usaha Sarung Samarinda dari Kaltim ini. “Dimana ada celah kita harus bisa masuk,” tandasnya.
Ditambahkannya, sekarang sarung yang dibuat di Samarinda Seberang produksinya sekarang tidak banyak, kurang lebih 50 Kg sebanyak 100 lembar, 1 kilo bisa menjadi 3 lembar.
“Untuk tetap bisa bertahan menjual Sarung Samarinda asli Kaltim, kami harus bersaing secara sehat untuk bisa masuk, harus lebih kreatif bagaimanapun untuk membuka usaha baru tidak semudah itu,” tegasnya.
Ia mengaku dulu pernah mendapatkan penghargaan Upakarti dari Disperindag Kaltim, dan sering diundang untuk mempromosikan sarung tersebut kepada tamu-tamu yang datang dari luar Samarinda di Lamin etam sewaktu masih Almarhum Ardans menjabat sebagai Gubernur Kaltim, tapi sekarang tidak pernah lagi. (lkb nusantara)
Sumber :
Novel Elfansyah
http://www.samarinda.go.id/node/9882
Sumber Gambar:
http://wb6.itrademarket.com/pdimage/89/447589_samplesarungsamarinda.jpg
30 Juni 2006
Samarinda akan Olah Sampah Jadi BBM
Produksi sampah yang dihasilkan penduduk Samarinda rata-rata 1.200 meter kubik perhari.
Perusahaan Malaysia tengah melakukan rancangan pengolahan sampah di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Menurut rencana sampah itu akan diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) berupa bensin dan solar.
Kepala Dinas (Kadis) Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Samarinda, Marwansyah di Samarinda, menjelaskan, pemaparan sudah dilakukan oleh perusahaan asal Malaysia itu, namun untuk perjanjian belum dilakukan karena saat ini masih dilakukan studi kelayakan.
"Jika dalam studi kelayakan ini ada kecocokan, dan Samarinda layak dibangun pabrik pengolah sampah menjadi BBM, maka selanjutnya dilakukan perjanjian kerja sama, atau MoU oleh kedua belah pihak," ujarnya, seperti yang dilansir tvOne, Kamis 1 Juli 2010.
Marwansyah mengatakan, saat ini produksi sampah yang dihasilkan dari penduduk Samarinda rata-rata 1.200 meter kubik perhari. Dari jenis itu, akan dipilah sampah kering dan sampah basah, karena yang bisa diolah menjadi BBM adalah sampah dari plastik.
Sampah plastik selama ini kerap menjadi masalah di sejumlah kota besar. Selain tak bisa terurai dan sulit dikelola, sampah jenis ini juga dapat mencemari tanah. Perlu waktu ratusan tahun untuk membuat sampah plastik terurai.
Kalaupun plastik bisa terurai, namun partikel-partikel plastik malah akan meracuni tanah. Sedangkan jika plastik dibakar, justru akan menghasilkan asap yang berbahaya bagi pernapasan manusia.
Di Korea, sampah plastik sudah diolah menjadi solar dan bensin. Untuk pengolahannya, dari 23 ton sampah plastik itu sudah bisa menghasilkan 30 ribu liter solar.
Cara yang ditempuh untuk menghasilkan BBM dari plastik adalah, sampah plastik diolah dan dipanaskan hingga suhu 450 derajat celcius. Cara memanaskan menggunakan alat bernama Recycle Oil Machine.
Dari hasil pemanasan tersebut didapatkan minyak berupa 60 persen solar dan 40 persen bensin. Bila digunakan untuk bahan bakar kendaraan jenis bensin, kualitas plastik olahan belum bagus. Namun kualitas solarnya jauh lebih baik. Bahkan di Korea sudah dipakai untuk kendaraan.
Menurut Marwansyah, pengolahan sampah plastik menjadi minyak adalah salah satu solusi yang baik di Kota Samarinda, pasalnya selama ini produksi sampah yang begitu besar menjadikan masalah tersendiri bagi lingkungan.
"Dari 1.200 sampah ternyata berpotensi menghasilkan sekitar 10 ribu liter BBM setelah dipilah. Potensi ini tentu membanggakan. Kami berharap agar rencana ini bisa terwujud sehingga masyarakat lokal juga bisa diberdayakan menjadi tenaga kerja," katanya lagi. (sj)
Sumber :
Amril Amarullah
http://nasional.vivanews.com/news/read/161490-malaysia-olah-sampah-samarinda-jadi-bbm
1 Juli 2010
Perusahaan Malaysia tengah melakukan rancangan pengolahan sampah di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Menurut rencana sampah itu akan diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) berupa bensin dan solar.
Kepala Dinas (Kadis) Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Samarinda, Marwansyah di Samarinda, menjelaskan, pemaparan sudah dilakukan oleh perusahaan asal Malaysia itu, namun untuk perjanjian belum dilakukan karena saat ini masih dilakukan studi kelayakan.
"Jika dalam studi kelayakan ini ada kecocokan, dan Samarinda layak dibangun pabrik pengolah sampah menjadi BBM, maka selanjutnya dilakukan perjanjian kerja sama, atau MoU oleh kedua belah pihak," ujarnya, seperti yang dilansir tvOne, Kamis 1 Juli 2010.
Marwansyah mengatakan, saat ini produksi sampah yang dihasilkan dari penduduk Samarinda rata-rata 1.200 meter kubik perhari. Dari jenis itu, akan dipilah sampah kering dan sampah basah, karena yang bisa diolah menjadi BBM adalah sampah dari plastik.
Sampah plastik selama ini kerap menjadi masalah di sejumlah kota besar. Selain tak bisa terurai dan sulit dikelola, sampah jenis ini juga dapat mencemari tanah. Perlu waktu ratusan tahun untuk membuat sampah plastik terurai.
Kalaupun plastik bisa terurai, namun partikel-partikel plastik malah akan meracuni tanah. Sedangkan jika plastik dibakar, justru akan menghasilkan asap yang berbahaya bagi pernapasan manusia.
Di Korea, sampah plastik sudah diolah menjadi solar dan bensin. Untuk pengolahannya, dari 23 ton sampah plastik itu sudah bisa menghasilkan 30 ribu liter solar.
Cara yang ditempuh untuk menghasilkan BBM dari plastik adalah, sampah plastik diolah dan dipanaskan hingga suhu 450 derajat celcius. Cara memanaskan menggunakan alat bernama Recycle Oil Machine.
Dari hasil pemanasan tersebut didapatkan minyak berupa 60 persen solar dan 40 persen bensin. Bila digunakan untuk bahan bakar kendaraan jenis bensin, kualitas plastik olahan belum bagus. Namun kualitas solarnya jauh lebih baik. Bahkan di Korea sudah dipakai untuk kendaraan.
Menurut Marwansyah, pengolahan sampah plastik menjadi minyak adalah salah satu solusi yang baik di Kota Samarinda, pasalnya selama ini produksi sampah yang begitu besar menjadikan masalah tersendiri bagi lingkungan.
"Dari 1.200 sampah ternyata berpotensi menghasilkan sekitar 10 ribu liter BBM setelah dipilah. Potensi ini tentu membanggakan. Kami berharap agar rencana ini bisa terwujud sehingga masyarakat lokal juga bisa diberdayakan menjadi tenaga kerja," katanya lagi. (sj)
Sumber :
Amril Amarullah
http://nasional.vivanews.com/news/read/161490-malaysia-olah-sampah-samarinda-jadi-bbm
1 Juli 2010
Jembatan Mahulu Ikon Baru Kota Samarinda
Kalimantan Timur (Kaltim) khususnya Kota Samarinda kini telah memiliki ikon baru, yakni Jembatan Mahulu (Mahakam Hulu). Jembatan Mahulu Ikon Baru Kota Samarinda. Saat ini Kota Samarinda telah memiliki 2 jembatan utama yang berfungsi sebagai jembatan penyeberangan yakni Jembatan Mahakam dan Jembatan Mahulu. Sebenarnya masih ada satu lagi jembatan yang akan dimiliki kota Samarinda yaitu Jembatan Mahkota Palaran, namun sampai saat ini jembatan tersebut masih belum rampung tahap pembangunannya.
Jembatan Mahulu ini membentang di atas Sungai Mahakam yang memisahkan Kota Samarinda. Jembatan yang menghubungkan Samarinda dengan Samarinda Seberang itu kini berfungsi sebagai jalur penyeberangan alternatif setelah Jembatan Mahakam, mengingat arus lalu lintas di Jembatan Mahakam sudah sangat padat.
Pada awal rencananya dahulu jembatan mahulu ini sejak 2006 dan akan rampung menjelang pelaksanaan Pekan Olahgara Nasional (PON) 2008 yang lalu di Kaltim. Namum karena berbagai persoalan, pembangunan jembatan sempat terkatungkatung dan akhirnya tidak dapat mencapai target penyelesaian saat pelaksanaan PON di Kaltim kemarin.
Saat ini jembatan Mahulu telah rampung dan beroperasi secara maksimal guna mengurangi konsentrasi arus lalu lintas yang akan masuk dan keluar kota Samarinda. Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendirilah yang kemudian meresmikan penggunaan jembatan ini bersamaan dengan pembukaan hari koperasi nasional (harkopnas).
Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Kaltim, pembangunan Jembatan Mahalu menghabiskan dana Rp 2570 miliar. Sebesar Rp 50 miliar berasal dari anggaran negara (APBN). Sisanya murni APBD Kaltim. Itu belum termasuk Rp 45 miliar untuk pembangunan jalan pendekat dari dua arah. Baik Sengkotek maupun Loa Buah.
Jembatan Mahulu yang menghubungkan kota samarinda dan samarinda seberang ini memiliki bentang tengah 200 meter dengan panjang keseluruhan jembatan 789 meter. Panjang jembatan itu belum termasuk jalan pendekat. Lebar jembatan adalah 11 meter, sementara tinggi jembatan dengan permukaan air sungai tercatat 18 meter.
Sekarang tugas kita adalah menjaga dan mengawasi pemeliharaan fasilitas-fasilitas publik ini sebaik-baik mungkin guna terciptanya Kota Samarinda yang Teduh Rapi Aman dan Nyaman (Tepian) dan benar-benar menjadikan Jembatan Mahulu Ikon Baru Kota Samarinda. Sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur yang mempesona.
Sumber :
Aditya Perdana
http://www.adityaperdana.web.id/jembatan-mahulu-ikon-baru-kota-samarinda.html
22 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)