Jumat, 20 Agustus 2010
Potret Kota Samarinda
Geografis dan Iklim
Kota Samarinda terletak didaerah katulistiwa. Datar dan berbukit antara 10-200 meter diatas permukaan laut. Dengan luas wilayah 718 KM². Kota Samarinda berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara disebelah barat, timur, selatan dan utara. Kota Samarinda beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun. Suhu udara antara 24-32C, dengan curah hujan rata-rata 162 mm, dan kelembaban udara rata-rata 82,7%.
Pemerintahan dan Kependudukan
Wilayah administrasi Kota Samarinda terdiri dari 6 Kecamatan dan 53 Kelurahan. Penduduk Kota Samarinda tercatat sebanyak 588.135 jiwa. Dengan laju pertumbuhan 5-7% per tahun, yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan pemeluk agama terbanyak adalah Islam, disamping terdapat juga pemeluk agama Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu
Penduduk Kota Samarinda sebagian besar bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor lain yang dominan adalah industri.
Pemanfaatan Lahan
Lahan di Kota Samarinda dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik untuk pertanian, pemukiman maupun perindustrian. Pemanfaatan yang terluas adalah untuk pekarangan/bangunan, sedangkan pemanfaatan yang terkecil adalah untuk rawa/kolam.
Perekonomian
Kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Samarinda adalah sektor industri pengloahan yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor yang paling kecil memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Samarinda adalah sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertanian. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda selalu positif, ini menunjukkan keadaan perekonomian yang semakin membaik.
Infrastruktur
Layanan jaringan telepon di Kota Samarinda dilakukan oleh PT. Telkom Kandatel Kota Samarinda. Prasarana jasa telekomunikasi di Kota Samarinda bisa dikatakan masih kurang meskipun setiap tahunnya mengalami peningkatan pelayanan. Selain itu, semua penyelenggara layanan jaringan telepon bergerak telah ada di kota ini.
Kebutuhan listrik Kota Samarinda dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah VI Cabang Samarinda. Perkembangan produksi listrik di Kota Samarinda mengalami peningkatan terus tiap tahun.
Jaringan jalan yang ada di Kota Samarinda merupakan bagian dari sistem transportasi regional yang menghubungkan Kota Samarinda dengan kota/kabupaten lain di provinsi Kalimantan Timur. Sebagaian besar jalan yang ada di Kota Samarinda sudah memiliki permukaan yang beraspal dengan kondisi baik.
Daerah pelayanan air bersih di Kota Samarinda dibagi dua yaitu: Samarinda Ulu - Samarinda Ilir serta Samarinda Seberang. Kebutuhan air bersih ini dipenuhi oleh PDAM Kota Samarinda dengan air baku dari Sungai Mahakam melalui 5 buah intake. Kelima intake itu adalah Gajahmada, Karang Asam, Teluk Lerong, Loa Kulu dan Samarinda Seberang.
Sumber :
http://www.bappeda.samarinda.go.id/potret.php
Sumber Gambar:
http://www.bpkp.go.id/unit/Kaltim/islamic_center_samarinda.jpg
http://images.megablitz.multiply.com/image/1/photos/43/1200x1200/3/Samarinda-10-January-2009-4.JPG?et=3jnjxZ016TpZ8Eh0KPqVGg&nmid=233261489
http://borneo-island.info/wp-content/uploads/2010/01/samarinda.jpg
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Samarinda_s.jpg
http://www.bappeda.samarinda.go.id/potret.php
http://www.ampl.or.id/lain-lain/peta/22_east_kalimantan_map.gif
http://www.bappeda.samarinda.go.id/potret.php
Sejarah Kota Samarinda
Pada saat pecah perang Gowa, pasukan Belanda di bawah Laksamana Speelman memimpin angkatan laut menyerang Makasar dari laut, sedangkan Arupalaka yang membantu Belanda menyerang dari daratan. Akhirnya Kerajaan Gowa dapat dikalahkan dan Sultan Hasanudin terpaksa menandatangani perjanjian yang dikenal dengan " PERJANJIAN BONGAJA" pada tanggal 18 Nopember 1667.
Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja tersebut, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah kerajaan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh.
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan di kiri kanan sungai daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama-kelamaan ejaan "SAMARINDA".
Orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada permulaan tahun 1668 atau tepatnya pada bulan Januari 1668 yang dijadikan patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda. Telah ditetapkan pada peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi "Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 H" penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke 320 pada tanggal 21 Januari 1980.
Sumber :
http://www.samarinda.go.id/sejarah
Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja tersebut, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah kerajaan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh.
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan di kiri kanan sungai daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama-kelamaan ejaan "SAMARINDA".
Orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada permulaan tahun 1668 atau tepatnya pada bulan Januari 1668 yang dijadikan patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda. Telah ditetapkan pada peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi "Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 H" penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke 320 pada tanggal 21 Januari 1980.
Sumber :
http://www.samarinda.go.id/sejarah
Kota Samarinda
Kota Samarinda merupakan salah satu kota yang sekaligus ibukota Propinsi Kalimantan Timur. Secara geografis daerahnya berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara di sebelah Utara, Timur, Selatan dan Barat. Luas wilayahnya mencapai 718 Km2, yang terbagi dalam enam Kecamatan.
Sektor perkebunan, komoditi unggulan berupa kelapa mencapai 860 ton, karet 192 ton, dan kakao 72 ton. Kondisi perekonomian cukup menonjol karena memproduksi bahan baku yang diolah diberbagai industri seperti : industri pengolahan rotan, industri plywood, industri moulding, serta industri pengrajin kayu. Selain industri menengah, juga memiliki industri rumah tangga atau produk kerajinan rakyat seperti batu-batuan (kristal, kecubung), rotan (topi seraung, lampit), peralatan dan hiasan tradisional (mandau, patung, manik-manik), seperti pakaian tradisional (sarung Samarinda, batik Kaltim).
Kota Samarinda menyimpan potensi perekonomian melalui sektor pariwisata diantaranya air terjun tanah merah, kebun raya Samarinda, cagar budaya suku dayak, mesjid tua Samarinda, serta potensi wisata ditepi sungai Mahakam.
Dua sektor berperan signifikan dalam perekonomian Kota Samarinda. Yaitu sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Dari keseluruhan nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 Tahun 2006 sebesar Rp 9,87 trilyun, kontribusi perdagangan Rp 2,56 trilyun (25,96 %). Sementara kontribusi sektor industri pengolahan Rp 2,32 trilyun atau 23,54 persen.
Pada kegiatan perdagangan, dicapai realisasi ekspor lebih dari US $ 1 milyar dengan kecenderungan semakin meningkat. Berbagai kegiatan ekonomi, termasuk perdagangan ini ditopang fasilitas akomodasi yang cukup memadai. Di Kota Samarinda terdapat 44 buah hotel dengan 6 diantaranya merupakan hotel berbintang.
Dinamika perdagangan antara lain tercermin dari banyaknya Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar perusahaan (TDP). Di Kota Samarinda pada Tahun 2006 dikeluarkan SIUP sebanyak 1.630 buah. SIUP terbanyak dikeluarkan untuk pedagang besar, yaitu 978 buah. Sementara SIUP untuk pedagang menengah sebanyak 431 buah, dan pedagang kecil 221 buah. Kecamatan Sungai Kunjang merupakan kecamatan dengan jumlah SIUP untuk Pedagang besar dan menengah terbanyak. Kecamatan ini merupakan sentra perdagangan besar dan menengah. Sedangkan sentra pedagang kecil terdapat di Kecamatan Samarinda Ilir.
Untuk sektor industri, setidaknya terdapat 867 buah unit usaha. Unit usaha terbanyak merupakan kelompok industri hasil hutan, kimia, dan percetakan, yaitu 390 buah. Kelompok industri tersebut menyerap tenaga kerja dan investasi terbesar, yaitu 3.443 tenaga kerja dan investasi lebih dari Rp 90 milyar. Kelompok industri lainnya yang ada di Kota Samarinda antara lain Industri logam mesin dan perekayasaan dengan jumlah unit usaha sebanyak 240 buah, industri agro 169 buah, dan industri elektronika dan aneka usaha 68 buah.
Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Samarinda
Sektor perkebunan, komoditi unggulan berupa kelapa mencapai 860 ton, karet 192 ton, dan kakao 72 ton. Kondisi perekonomian cukup menonjol karena memproduksi bahan baku yang diolah diberbagai industri seperti : industri pengolahan rotan, industri plywood, industri moulding, serta industri pengrajin kayu. Selain industri menengah, juga memiliki industri rumah tangga atau produk kerajinan rakyat seperti batu-batuan (kristal, kecubung), rotan (topi seraung, lampit), peralatan dan hiasan tradisional (mandau, patung, manik-manik), seperti pakaian tradisional (sarung Samarinda, batik Kaltim).
Kota Samarinda menyimpan potensi perekonomian melalui sektor pariwisata diantaranya air terjun tanah merah, kebun raya Samarinda, cagar budaya suku dayak, mesjid tua Samarinda, serta potensi wisata ditepi sungai Mahakam.
Dua sektor berperan signifikan dalam perekonomian Kota Samarinda. Yaitu sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Dari keseluruhan nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 Tahun 2006 sebesar Rp 9,87 trilyun, kontribusi perdagangan Rp 2,56 trilyun (25,96 %). Sementara kontribusi sektor industri pengolahan Rp 2,32 trilyun atau 23,54 persen.
Pada kegiatan perdagangan, dicapai realisasi ekspor lebih dari US $ 1 milyar dengan kecenderungan semakin meningkat. Berbagai kegiatan ekonomi, termasuk perdagangan ini ditopang fasilitas akomodasi yang cukup memadai. Di Kota Samarinda terdapat 44 buah hotel dengan 6 diantaranya merupakan hotel berbintang.
Dinamika perdagangan antara lain tercermin dari banyaknya Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar perusahaan (TDP). Di Kota Samarinda pada Tahun 2006 dikeluarkan SIUP sebanyak 1.630 buah. SIUP terbanyak dikeluarkan untuk pedagang besar, yaitu 978 buah. Sementara SIUP untuk pedagang menengah sebanyak 431 buah, dan pedagang kecil 221 buah. Kecamatan Sungai Kunjang merupakan kecamatan dengan jumlah SIUP untuk Pedagang besar dan menengah terbanyak. Kecamatan ini merupakan sentra perdagangan besar dan menengah. Sedangkan sentra pedagang kecil terdapat di Kecamatan Samarinda Ilir.
Untuk sektor industri, setidaknya terdapat 867 buah unit usaha. Unit usaha terbanyak merupakan kelompok industri hasil hutan, kimia, dan percetakan, yaitu 390 buah. Kelompok industri tersebut menyerap tenaga kerja dan investasi terbesar, yaitu 3.443 tenaga kerja dan investasi lebih dari Rp 90 milyar. Kelompok industri lainnya yang ada di Kota Samarinda antara lain Industri logam mesin dan perekayasaan dengan jumlah unit usaha sebanyak 240 buah, industri agro 169 buah, dan industri elektronika dan aneka usaha 68 buah.
Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Samarinda
Sarung Samarinda Tinggal Kenangan
Pasaran Sarung Samarinda yang merupakan salah satu ciri khas Samarinda sekarang hanya tinggal nama saja, karena sekarang Sarung Samarinda tidak hanya diproduksi dari Samarinda, sekarang sarung Samarinda jenis printing sudah ada diproduksi di Gresik, bahkan sistem penjualanya sudah diekspor sampai ke Dubai.
Pusat kerajinan Fitriah salah satu toko yang khusus menjual sarung Samarinda, batik Kaltim, souvenir Kalimantan dan lainnya merasakan kemerosotan penjualan, ketika keadaan ekonomi dalam keadaan krisis.
Yang menjadi andalan Kaltim untuk oleh-oleh selain makanan dalam bentuk barang salah satunya adalah sarung Samarinda dan batik Kaltim.
Banyaknya produsen yang memproduksi sarung Samarinda menurut Pemilik Pusat Kerajinan Sarung Samarinda Hj Nurlela saat ditemui sangat mengganggu kelancaran sistem pemasaran Sarung tersebut.
“Bahkan bagi mereka yang tidak tahu keaslian sarung dengan kualitas rendah, biasanya dijual dengan harga RP 300 ribu padahal harga sebenarnya Rp 30 ribu konsumen tidak tahu sarung Samarinda yang asli,” ujarnya.
Diuraikannya, dengan mengambil bahan baku dari Samarinda para pengusaha pengrajin sarung bisa membuat persis seperti sarung Samarinda dan dijual dengan harga murah.
Selain itu mereka lebih mudah memasarkannya, disisi lain pengrajin asli Kaltim harus bisa berusaha mempertahankan usaha Sarung Samarinda dari Kaltim ini. “Dimana ada celah kita harus bisa masuk,” tandasnya.
Ditambahkannya, sekarang sarung yang dibuat di Samarinda Seberang produksinya sekarang tidak banyak, kurang lebih 50 Kg sebanyak 100 lembar, 1 kilo bisa menjadi 3 lembar.
“Untuk tetap bisa bertahan menjual Sarung Samarinda asli Kaltim, kami harus bersaing secara sehat untuk bisa masuk, harus lebih kreatif bagaimanapun untuk membuka usaha baru tidak semudah itu,” tegasnya.
Ia mengaku dulu pernah mendapatkan penghargaan Upakarti dari Disperindag Kaltim, dan sering diundang untuk mempromosikan sarung tersebut kepada tamu-tamu yang datang dari luar Samarinda di Lamin etam sewaktu masih Almarhum Ardans menjabat sebagai Gubernur Kaltim, tapi sekarang tidak pernah lagi. (lkb nusantara)
Sumber :
Novel Elfansyah
http://www.samarinda.go.id/node/9882
Sumber Gambar:
http://wb6.itrademarket.com/pdimage/89/447589_samplesarungsamarinda.jpg
30 Juni 2006
Samarinda akan Olah Sampah Jadi BBM
Produksi sampah yang dihasilkan penduduk Samarinda rata-rata 1.200 meter kubik perhari.
Perusahaan Malaysia tengah melakukan rancangan pengolahan sampah di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Menurut rencana sampah itu akan diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) berupa bensin dan solar.
Kepala Dinas (Kadis) Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Samarinda, Marwansyah di Samarinda, menjelaskan, pemaparan sudah dilakukan oleh perusahaan asal Malaysia itu, namun untuk perjanjian belum dilakukan karena saat ini masih dilakukan studi kelayakan.
"Jika dalam studi kelayakan ini ada kecocokan, dan Samarinda layak dibangun pabrik pengolah sampah menjadi BBM, maka selanjutnya dilakukan perjanjian kerja sama, atau MoU oleh kedua belah pihak," ujarnya, seperti yang dilansir tvOne, Kamis 1 Juli 2010.
Marwansyah mengatakan, saat ini produksi sampah yang dihasilkan dari penduduk Samarinda rata-rata 1.200 meter kubik perhari. Dari jenis itu, akan dipilah sampah kering dan sampah basah, karena yang bisa diolah menjadi BBM adalah sampah dari plastik.
Sampah plastik selama ini kerap menjadi masalah di sejumlah kota besar. Selain tak bisa terurai dan sulit dikelola, sampah jenis ini juga dapat mencemari tanah. Perlu waktu ratusan tahun untuk membuat sampah plastik terurai.
Kalaupun plastik bisa terurai, namun partikel-partikel plastik malah akan meracuni tanah. Sedangkan jika plastik dibakar, justru akan menghasilkan asap yang berbahaya bagi pernapasan manusia.
Di Korea, sampah plastik sudah diolah menjadi solar dan bensin. Untuk pengolahannya, dari 23 ton sampah plastik itu sudah bisa menghasilkan 30 ribu liter solar.
Cara yang ditempuh untuk menghasilkan BBM dari plastik adalah, sampah plastik diolah dan dipanaskan hingga suhu 450 derajat celcius. Cara memanaskan menggunakan alat bernama Recycle Oil Machine.
Dari hasil pemanasan tersebut didapatkan minyak berupa 60 persen solar dan 40 persen bensin. Bila digunakan untuk bahan bakar kendaraan jenis bensin, kualitas plastik olahan belum bagus. Namun kualitas solarnya jauh lebih baik. Bahkan di Korea sudah dipakai untuk kendaraan.
Menurut Marwansyah, pengolahan sampah plastik menjadi minyak adalah salah satu solusi yang baik di Kota Samarinda, pasalnya selama ini produksi sampah yang begitu besar menjadikan masalah tersendiri bagi lingkungan.
"Dari 1.200 sampah ternyata berpotensi menghasilkan sekitar 10 ribu liter BBM setelah dipilah. Potensi ini tentu membanggakan. Kami berharap agar rencana ini bisa terwujud sehingga masyarakat lokal juga bisa diberdayakan menjadi tenaga kerja," katanya lagi. (sj)
Sumber :
Amril Amarullah
http://nasional.vivanews.com/news/read/161490-malaysia-olah-sampah-samarinda-jadi-bbm
1 Juli 2010
Perusahaan Malaysia tengah melakukan rancangan pengolahan sampah di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Menurut rencana sampah itu akan diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) berupa bensin dan solar.
Kepala Dinas (Kadis) Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Samarinda, Marwansyah di Samarinda, menjelaskan, pemaparan sudah dilakukan oleh perusahaan asal Malaysia itu, namun untuk perjanjian belum dilakukan karena saat ini masih dilakukan studi kelayakan.
"Jika dalam studi kelayakan ini ada kecocokan, dan Samarinda layak dibangun pabrik pengolah sampah menjadi BBM, maka selanjutnya dilakukan perjanjian kerja sama, atau MoU oleh kedua belah pihak," ujarnya, seperti yang dilansir tvOne, Kamis 1 Juli 2010.
Marwansyah mengatakan, saat ini produksi sampah yang dihasilkan dari penduduk Samarinda rata-rata 1.200 meter kubik perhari. Dari jenis itu, akan dipilah sampah kering dan sampah basah, karena yang bisa diolah menjadi BBM adalah sampah dari plastik.
Sampah plastik selama ini kerap menjadi masalah di sejumlah kota besar. Selain tak bisa terurai dan sulit dikelola, sampah jenis ini juga dapat mencemari tanah. Perlu waktu ratusan tahun untuk membuat sampah plastik terurai.
Kalaupun plastik bisa terurai, namun partikel-partikel plastik malah akan meracuni tanah. Sedangkan jika plastik dibakar, justru akan menghasilkan asap yang berbahaya bagi pernapasan manusia.
Di Korea, sampah plastik sudah diolah menjadi solar dan bensin. Untuk pengolahannya, dari 23 ton sampah plastik itu sudah bisa menghasilkan 30 ribu liter solar.
Cara yang ditempuh untuk menghasilkan BBM dari plastik adalah, sampah plastik diolah dan dipanaskan hingga suhu 450 derajat celcius. Cara memanaskan menggunakan alat bernama Recycle Oil Machine.
Dari hasil pemanasan tersebut didapatkan minyak berupa 60 persen solar dan 40 persen bensin. Bila digunakan untuk bahan bakar kendaraan jenis bensin, kualitas plastik olahan belum bagus. Namun kualitas solarnya jauh lebih baik. Bahkan di Korea sudah dipakai untuk kendaraan.
Menurut Marwansyah, pengolahan sampah plastik menjadi minyak adalah salah satu solusi yang baik di Kota Samarinda, pasalnya selama ini produksi sampah yang begitu besar menjadikan masalah tersendiri bagi lingkungan.
"Dari 1.200 sampah ternyata berpotensi menghasilkan sekitar 10 ribu liter BBM setelah dipilah. Potensi ini tentu membanggakan. Kami berharap agar rencana ini bisa terwujud sehingga masyarakat lokal juga bisa diberdayakan menjadi tenaga kerja," katanya lagi. (sj)
Sumber :
Amril Amarullah
http://nasional.vivanews.com/news/read/161490-malaysia-olah-sampah-samarinda-jadi-bbm
1 Juli 2010
Jembatan Mahulu Ikon Baru Kota Samarinda
Kalimantan Timur (Kaltim) khususnya Kota Samarinda kini telah memiliki ikon baru, yakni Jembatan Mahulu (Mahakam Hulu). Jembatan Mahulu Ikon Baru Kota Samarinda. Saat ini Kota Samarinda telah memiliki 2 jembatan utama yang berfungsi sebagai jembatan penyeberangan yakni Jembatan Mahakam dan Jembatan Mahulu. Sebenarnya masih ada satu lagi jembatan yang akan dimiliki kota Samarinda yaitu Jembatan Mahkota Palaran, namun sampai saat ini jembatan tersebut masih belum rampung tahap pembangunannya.
Jembatan Mahulu ini membentang di atas Sungai Mahakam yang memisahkan Kota Samarinda. Jembatan yang menghubungkan Samarinda dengan Samarinda Seberang itu kini berfungsi sebagai jalur penyeberangan alternatif setelah Jembatan Mahakam, mengingat arus lalu lintas di Jembatan Mahakam sudah sangat padat.
Pada awal rencananya dahulu jembatan mahulu ini sejak 2006 dan akan rampung menjelang pelaksanaan Pekan Olahgara Nasional (PON) 2008 yang lalu di Kaltim. Namum karena berbagai persoalan, pembangunan jembatan sempat terkatungkatung dan akhirnya tidak dapat mencapai target penyelesaian saat pelaksanaan PON di Kaltim kemarin.
Saat ini jembatan Mahulu telah rampung dan beroperasi secara maksimal guna mengurangi konsentrasi arus lalu lintas yang akan masuk dan keluar kota Samarinda. Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendirilah yang kemudian meresmikan penggunaan jembatan ini bersamaan dengan pembukaan hari koperasi nasional (harkopnas).
Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Kaltim, pembangunan Jembatan Mahalu menghabiskan dana Rp 2570 miliar. Sebesar Rp 50 miliar berasal dari anggaran negara (APBN). Sisanya murni APBD Kaltim. Itu belum termasuk Rp 45 miliar untuk pembangunan jalan pendekat dari dua arah. Baik Sengkotek maupun Loa Buah.
Jembatan Mahulu yang menghubungkan kota samarinda dan samarinda seberang ini memiliki bentang tengah 200 meter dengan panjang keseluruhan jembatan 789 meter. Panjang jembatan itu belum termasuk jalan pendekat. Lebar jembatan adalah 11 meter, sementara tinggi jembatan dengan permukaan air sungai tercatat 18 meter.
Sekarang tugas kita adalah menjaga dan mengawasi pemeliharaan fasilitas-fasilitas publik ini sebaik-baik mungkin guna terciptanya Kota Samarinda yang Teduh Rapi Aman dan Nyaman (Tepian) dan benar-benar menjadikan Jembatan Mahulu Ikon Baru Kota Samarinda. Sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur yang mempesona.
Sumber :
Aditya Perdana
http://www.adityaperdana.web.id/jembatan-mahulu-ikon-baru-kota-samarinda.html
22 Desember 2009
Kebun Raya Samarinda: Kebanggaan Warga Kota
Angin berhembus perlahan dikala fajar pagi perlahan merambat naik. Suara gemericik air menghadirkan sebuah kesejukan. Satu persatu tetesan embun pagi jatuh dari dedaunan, berirama seiring semakin meningginya sang surya. Cicit burung-burung pagi diselingi teriakan orang utan dan perbincangan para satwa, kian menambah ramainya suasana pagi di Kebun Raya Samarinda.
Sungguh suasana yang menyenangkan, membahagiakan dan menyejukkan, yang sebenarnya sangat jarang bisa ditemukan di berbagai kota yang sedang dalam tahap membenahi diri. Terdapat sebuah kotak kecil berwarna hijau di bagian utara Kota Samarinda dengan luas mencapai 300 hektar. Disanalah kita akan menemukan sebuah suasana yang tergambar di awal tulisan ini. Namun belum begitu banyak yang mengetahui bagaimana dan apa itu Kebun Raya Samarinda.
Kebun Raya Samarinda, merupakan nama dari kawasan Hutan Pendidikan yang dimiliki oleh Universitas Mulawarman. Kawasan ini dulunya merupakan areal HPH CV Kayu Mahakam (Ali Akbar Afloes) yang kemudian pada tahun 1974 menyerahkan kawasan seluas 300 hektar di dalam HPH-nya di kawasan Gunung Kapur kepada Rektor Universitas Mulawarman (R. Sambas Wirakusumah) untuk dikelola menjadi Hutan Konservasi/Kebun Raya. Hal ini kemudian diperkuat oleh Gubernur Propinsi Kalimantan Timur dan Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Timur saat itu. Di tahun 1997, Walikota Samarinda juga memperkuat status kawasan sebagai Hutan Pendidikan Universitas Mulawarman.
Di lain sisi, berdasarkan informasi masyarakat yang tinggal di Gunung Kapur, pada tahun 1972 sekitar 50 KK saat itu telah membuka areal perladangan dengan luas seluruhnya mencapai 50 hektar. Dan ketika diserahkan pada tahun 1974, kawasan perladangan mereka juga terikut dalam areal yang dihibahkan. Namun masyarakat di kawasan tersebut saat ini telah merelakan dan menyatakan juga menghibahkan kawasan mereka yang 50 hektar tersebut untuk dijadikan Kebun Raya.
Sebuah permasalahan sejarah ini masih memerlukan pengkajian dan penelitian lebih mendalam guna mengetahui kebenaran sejarah dan diharapkan ke depan ada kejelasan terhadap sejarah kawasan.
Kawasan hutan ini dulunya hanyalah dimanfaatkan oleh Universitas Mulawarman, diantaranya sebagai areal praktek lapangan mahasiswa, lokasi penelitian dan riset dan arena berkumpulnya civitas akademika Fahutan Unmul. Dan setelah adanya penandatanganan piagam kerja sama antara Universitas Mulawarman dengan Pemerintah Kota Samarinda, maka saat ini areal tersebut diberi nama Kebun Raya Samarinda dan sedang dalam tahapan melengkapi sarana dan prasarana rekreasi di kawasan tersebut.
Saat ini Kebun Raya Samarinda yang dikelola oleh UPT Kebun Botani dan Hutan Pendidikan Universitas Mulawarman sedang dalam sebuah tahapan pembenahan dan penambahan sarana dan prasarana untuk rekreasi. Pemerintah Kota Samarinda telah menginvestasikan lebih kurang 1,7 miliar rupiah untuk pembangunan bangunan fisik di dalam kawasan. Juga akan masuk di kawasan tersebut Dana Alokasi Khusus-Dana Reboisasi sebesar 156,8 juta rupiah untuk rehabilitasi di dalam kawasan. Dan hingga saat ini telah terbangun pintu gerbang, pos di pintu masuk, ruang pertemuan, pagar pembatas di sekitar danau dan beberapa bangunan fisik lainnya.
Dengan sebuah pengelolaan yang masih dengan keterbatasan dan kesederhanaan, Kebun Raya Samarinda juga telah merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat kota Samarinda dan sekitarnya sebagai sebuah kawasan rekreasi. Hampir dapat dipastikan di setiap akhir pekan, Kebun Raya Samarinda dibanjiri pengunjung.
Di tahun 2002 hingga beberapa tahun ke depan, Pemerintah Kota Samarinda akan kembali memberikan dukungan terhadap pengembangan sarana dan prasarana fisik bagi pengembangan kawasan.
Namun sangatlah disayangkan, hingga saat ini masyarakat Kota Samarinda yang merupakan salah satu pihak yang berkepentingan terhadap Kebun Raya Samarinda masih belum dilibatkan dalam proses yang telah berjalan hingga saat ini. Mungkin dikarenakan dipandang bahwa masyarakat Samarinda hanyalah sebagai kalangan penikmat kawasan, ataukah memang dikarenakan status kawasan yang merupakan milik Universitas Mulawarman.
Namun bila coba ditarik sebuah garis dengan melihat sejarah dan kondisi yang telah ada, maka sudah seharusnya masyarakat kota Samarinda bisa terlibat dalam memberikan usulan dan masukan bagi perencanaan pengembangan kawasan, terlebih masyarakat yang bersentuhan langsung dengan kawasan Kebun Raya Samarinda.
Mengapa? Karena saat ini Pemerintah Kota Samarinda yang merupakan pelayan masyarakat kota telah menggunakan dana publik (APBD) bagi pengembangan kawasan Kebun Raya Samarinda. Dan juga bagi masyarakat di sekitar kawasan, mereka adalah kelompok yang bisa memberikan kontribusi positif dan negatif bagi pengembangan kawasan.
Melihat sejarah, kondisi saat ini dan faktor masyarakat, maka sudah selayaknya ke depan Pemerintah Kota membentuk satu lembaga otorita yang bisa menjadi pintu masuk bagi berbagai pihak untuk membicarakan strategi besar pengembangan dan pengelolaan Kebun Raya Samarinda di masa datang. Setidaknya harus ada satu lembaga yang berisikan Pemerintah Kota sebagai pelayan masyarakat, Universitas Mulawarman sebagai pemilik lahan, perwakilan masyarakat sekitar sebagai kontributor bagi kawasan, perwakilan mahasiswa yang selama ini merupakan pengguna dan pemanfaat kawasan, dalam hal ini dari mahasiswa Fakultas Kehutanan Unmul dan bisa ditambah dengan organisasi non pemerintah sebagai pihak yang diharapkan bisa menjadi ‘energi tambahan’ guna menjaga proses berimbang di dalam lembaga. Lembaga otorita inilah yang nantinya akan memberikan mandat pada badan pengelola yang melakukan pengelolaan terhadap kawasan Kebun Raya Samarinda.
Untuk sisi pengembangan kawasan ke depan, juga sangatlah diharapkan kawasan akan mampu mengakomodir kepentingan dan keinginan masyarakat sekitar kawasan dan diharapkan bisa terjadi transaksi antara pengelola dengan masyarakat sekitar kawasan sehingga Kebun Raya Samarinda akan menjadi ‘milik’ semua dan dijaga oleh semua. Diharapkan peran masyarakat bisa diakomodir oleh pengelola dan pemerintah kota sejak proses perencanaan, pelaksanaan, hingga dalam proses monitoring dan evaluasi. Masyarakat diharapkan bisa memiliki akses terhadap master plan dan bisa memberikan masukan terhadap master plan, masyarakat menjadi pekerja maupun bisa beraktivitas ekonomi di dalam dan sekitar kawasan, serta masyarakat dilibatkan dalam proses pemantauan dan evaluasi.
Hal yang mungkin dikembangkan di dalam kawasan adalah menjadikan Kebun Raya Samarinda sebagai tempat untuk mempelajari alam dan lingkungan, sehingga diharapkan akan menjadikan banyak pihak lebih peduli terhadap alam dan lingkungan sekitarnya demi sebuah penciptaan Kota Samarinda yang Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman serta kota Samarinda yang bebas banjir, berudara bersih dan sejuk, kaya akan flora-fauna dan hijau.
Dengan sebuah proses yang lebih transparan, partisipatif dan bertanggung gugat, diharapkan Kebun Raya Samarinda di masa datang adalah sebuah kebun raya yang menjadi kebanggaan warga Kota Samarinda. Selamat ulang tahun Kota Samarinda, semoga akan segera terwujud mimpi untuk hidup sehat di kota tercinta ini.
Sumber :
http://timpakul.web.id/krus.html
Sungguh suasana yang menyenangkan, membahagiakan dan menyejukkan, yang sebenarnya sangat jarang bisa ditemukan di berbagai kota yang sedang dalam tahap membenahi diri. Terdapat sebuah kotak kecil berwarna hijau di bagian utara Kota Samarinda dengan luas mencapai 300 hektar. Disanalah kita akan menemukan sebuah suasana yang tergambar di awal tulisan ini. Namun belum begitu banyak yang mengetahui bagaimana dan apa itu Kebun Raya Samarinda.
Kebun Raya Samarinda, merupakan nama dari kawasan Hutan Pendidikan yang dimiliki oleh Universitas Mulawarman. Kawasan ini dulunya merupakan areal HPH CV Kayu Mahakam (Ali Akbar Afloes) yang kemudian pada tahun 1974 menyerahkan kawasan seluas 300 hektar di dalam HPH-nya di kawasan Gunung Kapur kepada Rektor Universitas Mulawarman (R. Sambas Wirakusumah) untuk dikelola menjadi Hutan Konservasi/Kebun Raya. Hal ini kemudian diperkuat oleh Gubernur Propinsi Kalimantan Timur dan Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Timur saat itu. Di tahun 1997, Walikota Samarinda juga memperkuat status kawasan sebagai Hutan Pendidikan Universitas Mulawarman.
Di lain sisi, berdasarkan informasi masyarakat yang tinggal di Gunung Kapur, pada tahun 1972 sekitar 50 KK saat itu telah membuka areal perladangan dengan luas seluruhnya mencapai 50 hektar. Dan ketika diserahkan pada tahun 1974, kawasan perladangan mereka juga terikut dalam areal yang dihibahkan. Namun masyarakat di kawasan tersebut saat ini telah merelakan dan menyatakan juga menghibahkan kawasan mereka yang 50 hektar tersebut untuk dijadikan Kebun Raya.
Sebuah permasalahan sejarah ini masih memerlukan pengkajian dan penelitian lebih mendalam guna mengetahui kebenaran sejarah dan diharapkan ke depan ada kejelasan terhadap sejarah kawasan.
Kawasan hutan ini dulunya hanyalah dimanfaatkan oleh Universitas Mulawarman, diantaranya sebagai areal praktek lapangan mahasiswa, lokasi penelitian dan riset dan arena berkumpulnya civitas akademika Fahutan Unmul. Dan setelah adanya penandatanganan piagam kerja sama antara Universitas Mulawarman dengan Pemerintah Kota Samarinda, maka saat ini areal tersebut diberi nama Kebun Raya Samarinda dan sedang dalam tahapan melengkapi sarana dan prasarana rekreasi di kawasan tersebut.
Saat ini Kebun Raya Samarinda yang dikelola oleh UPT Kebun Botani dan Hutan Pendidikan Universitas Mulawarman sedang dalam sebuah tahapan pembenahan dan penambahan sarana dan prasarana untuk rekreasi. Pemerintah Kota Samarinda telah menginvestasikan lebih kurang 1,7 miliar rupiah untuk pembangunan bangunan fisik di dalam kawasan. Juga akan masuk di kawasan tersebut Dana Alokasi Khusus-Dana Reboisasi sebesar 156,8 juta rupiah untuk rehabilitasi di dalam kawasan. Dan hingga saat ini telah terbangun pintu gerbang, pos di pintu masuk, ruang pertemuan, pagar pembatas di sekitar danau dan beberapa bangunan fisik lainnya.
Dengan sebuah pengelolaan yang masih dengan keterbatasan dan kesederhanaan, Kebun Raya Samarinda juga telah merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat kota Samarinda dan sekitarnya sebagai sebuah kawasan rekreasi. Hampir dapat dipastikan di setiap akhir pekan, Kebun Raya Samarinda dibanjiri pengunjung.
Di tahun 2002 hingga beberapa tahun ke depan, Pemerintah Kota Samarinda akan kembali memberikan dukungan terhadap pengembangan sarana dan prasarana fisik bagi pengembangan kawasan.
Namun sangatlah disayangkan, hingga saat ini masyarakat Kota Samarinda yang merupakan salah satu pihak yang berkepentingan terhadap Kebun Raya Samarinda masih belum dilibatkan dalam proses yang telah berjalan hingga saat ini. Mungkin dikarenakan dipandang bahwa masyarakat Samarinda hanyalah sebagai kalangan penikmat kawasan, ataukah memang dikarenakan status kawasan yang merupakan milik Universitas Mulawarman.
Namun bila coba ditarik sebuah garis dengan melihat sejarah dan kondisi yang telah ada, maka sudah seharusnya masyarakat kota Samarinda bisa terlibat dalam memberikan usulan dan masukan bagi perencanaan pengembangan kawasan, terlebih masyarakat yang bersentuhan langsung dengan kawasan Kebun Raya Samarinda.
Mengapa? Karena saat ini Pemerintah Kota Samarinda yang merupakan pelayan masyarakat kota telah menggunakan dana publik (APBD) bagi pengembangan kawasan Kebun Raya Samarinda. Dan juga bagi masyarakat di sekitar kawasan, mereka adalah kelompok yang bisa memberikan kontribusi positif dan negatif bagi pengembangan kawasan.
Melihat sejarah, kondisi saat ini dan faktor masyarakat, maka sudah selayaknya ke depan Pemerintah Kota membentuk satu lembaga otorita yang bisa menjadi pintu masuk bagi berbagai pihak untuk membicarakan strategi besar pengembangan dan pengelolaan Kebun Raya Samarinda di masa datang. Setidaknya harus ada satu lembaga yang berisikan Pemerintah Kota sebagai pelayan masyarakat, Universitas Mulawarman sebagai pemilik lahan, perwakilan masyarakat sekitar sebagai kontributor bagi kawasan, perwakilan mahasiswa yang selama ini merupakan pengguna dan pemanfaat kawasan, dalam hal ini dari mahasiswa Fakultas Kehutanan Unmul dan bisa ditambah dengan organisasi non pemerintah sebagai pihak yang diharapkan bisa menjadi ‘energi tambahan’ guna menjaga proses berimbang di dalam lembaga. Lembaga otorita inilah yang nantinya akan memberikan mandat pada badan pengelola yang melakukan pengelolaan terhadap kawasan Kebun Raya Samarinda.
Untuk sisi pengembangan kawasan ke depan, juga sangatlah diharapkan kawasan akan mampu mengakomodir kepentingan dan keinginan masyarakat sekitar kawasan dan diharapkan bisa terjadi transaksi antara pengelola dengan masyarakat sekitar kawasan sehingga Kebun Raya Samarinda akan menjadi ‘milik’ semua dan dijaga oleh semua. Diharapkan peran masyarakat bisa diakomodir oleh pengelola dan pemerintah kota sejak proses perencanaan, pelaksanaan, hingga dalam proses monitoring dan evaluasi. Masyarakat diharapkan bisa memiliki akses terhadap master plan dan bisa memberikan masukan terhadap master plan, masyarakat menjadi pekerja maupun bisa beraktivitas ekonomi di dalam dan sekitar kawasan, serta masyarakat dilibatkan dalam proses pemantauan dan evaluasi.
Hal yang mungkin dikembangkan di dalam kawasan adalah menjadikan Kebun Raya Samarinda sebagai tempat untuk mempelajari alam dan lingkungan, sehingga diharapkan akan menjadikan banyak pihak lebih peduli terhadap alam dan lingkungan sekitarnya demi sebuah penciptaan Kota Samarinda yang Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman serta kota Samarinda yang bebas banjir, berudara bersih dan sejuk, kaya akan flora-fauna dan hijau.
Dengan sebuah proses yang lebih transparan, partisipatif dan bertanggung gugat, diharapkan Kebun Raya Samarinda di masa datang adalah sebuah kebun raya yang menjadi kebanggaan warga Kota Samarinda. Selamat ulang tahun Kota Samarinda, semoga akan segera terwujud mimpi untuk hidup sehat di kota tercinta ini.
Sumber :
http://timpakul.web.id/krus.html
Penanganan Banjir Di Kota Samarinda Mendesak
Penanganan banjir Kota Samarinda sangat mendesak untuk dilaksanakan segera mungkin, dengan beberapa kebijakan yang seyognya dilakukan oleh Pemerintah Kota Samarinda antara lain : Pertama Tata Ruang Kota Samarinda yang telah disusun perlu ditinjau kembali, mengingat pada kawasan tertentu telah terjadi perubahan penggunaan lahan yang cukup pesat. Penyusunan Tata Ruang yang baru hendaknya berdasarkan kemampuan daya dukung lahan dan potensi yang bisa dikembangkan. Hal ini diungkapkan oleh Dr.Ir.H.Rusmadi.MS Kepala Bappeda Provinsi Kaltim pada saat menyampaikan paparan Musrenbang Kota Samarinda di ruang Melati Hotel Mesra Internasional Samarinda, pada hari Senin (15/3/2010).
Selanjutkan Kepala Bappeda Kaltim menyampaikan program berikutnya dalam penanganan banjir Kota Samarinda adalah tetap memegang prinsip “one river, one plan one management” dimana suatu sungai akan ditangani dalam saru perencanaan, satu pengelolaan dan dalam satu kesatuan wilayah sungai.
Ketiga, kebijakan dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana perkotaan, yaitu pembangunan sarana dan prasarana yang ada di perkotaan harus sejalan dengan rencana makro sumber daya air khususnya mengenai drainase perkotaan, sehingga sarana dan prasarana perkotaan yang dibangun harus sejalan dengan drainasenya serta disesuaikan dengan sungai-sungai yang ada, begitu juga dengan pengelolaan pembuangan sampah, limbah dan kebutuhan air minum satu sama lain harus seiring dan sejalan, baik dengan kebijakan tata ruangnya, sumberdaya airnya dan lain-lainnya.
Keempat, kebijakan mengenai permukiman penduduk. Selama ini kebijakan mengenai permukiman kelihatannya belum terencana dengan baik, masih banyak lahan-lahan yang seharusnya daerah resepan telah beralih fungsi, seperti daerah-daerah dibantaran sungai dan sebagainya.
Sementara untuk sistem transportasi Kota Samarinda, terutama sistem jaringan jalan, dimana ada dibeberapa titik Kota Samarinda telah mengalami kelebihan daya tamping/over capacity, maka diperlukan pemisahan antara pola perjalanan jarak jauh dan pola perjalanan dalam kota. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah mengambil kebijakan berupa pembangunan jalan outer Ring Road Samarinda dimana untuk memfungsikannya telah dibangun jembatan Mahulu. Namun demikian kebijakan pembangunan Outer Ring Road tersebut terhambat dengan pengadaan/pembebasan lahan.
Sedangkan untuk Pembangunan Bandara Samarinda Baru, dimana scheme pembangunannya untuk sisi darat menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan sisi udara menjadi tanggung jawab Pemerintah Republik Indonesia. Untuk itu diharapkan Pemerintah Kota Samarinda dapat berbagi peran dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mewujudkan pembangunannya.
Mengingat perkembangan Kota Samarinda yang sangat pesat dan cepat serta kompleksitas permasalahan yang dihadapi, beban Kota Samarinda saati ini sudah melebihi daya dukungnya. Oleh sebab itu Pemerintah Kota Samarinda perlu mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru secara terencana (by design).
Selain itu diharapkan Pemerintah Kota Samarinda dalam mengusulkan program-program pembangunan melalui sumber dana bantuan keuangan benar-benar mengacu kepada kebutuhan untuk memecahkan permasalahan dan selaras serta mendukung program pembangunan Provinsi Kalimantan Timur.
Untuk Tahun Anggaran 2010 Kota Samarinda baik melalui dana APBN dan bantuan keuangan APBD Provinsi Kalimantan Timur sebesar Rp. 902, 625 Milyar dengan rincian Dana APBN melalau Dana Dekonsentrasi sebesar Rp. 664.904.598.000,- Dana Tugas Perbantuan sebesar Rp. 1.943.501.000,- dan Dana Urusan Bersama sebesar Rp. 4.780.000.000,-. Sementara untuk dana Bantuan Keuangan APBD Provinsi Kalimantan Timur tahun anggaran 2010 sebesar Rp.231,097 Milyar dengan rincian Program Infrastruktur sebesar Rp. 123.690.000.000,- dan Program SDM sebesar Rp. 96.867.000.000,- serta Program Pertanian sebesar Rp. 5.540.000.000,-. (****skr).
Sumber :
http://bappedakaltim.com/component/content/article/77-berita-musrenbang/171-penangan-banjir.html
22 Maret 2010
Selanjutkan Kepala Bappeda Kaltim menyampaikan program berikutnya dalam penanganan banjir Kota Samarinda adalah tetap memegang prinsip “one river, one plan one management” dimana suatu sungai akan ditangani dalam saru perencanaan, satu pengelolaan dan dalam satu kesatuan wilayah sungai.
Ketiga, kebijakan dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana perkotaan, yaitu pembangunan sarana dan prasarana yang ada di perkotaan harus sejalan dengan rencana makro sumber daya air khususnya mengenai drainase perkotaan, sehingga sarana dan prasarana perkotaan yang dibangun harus sejalan dengan drainasenya serta disesuaikan dengan sungai-sungai yang ada, begitu juga dengan pengelolaan pembuangan sampah, limbah dan kebutuhan air minum satu sama lain harus seiring dan sejalan, baik dengan kebijakan tata ruangnya, sumberdaya airnya dan lain-lainnya.
Keempat, kebijakan mengenai permukiman penduduk. Selama ini kebijakan mengenai permukiman kelihatannya belum terencana dengan baik, masih banyak lahan-lahan yang seharusnya daerah resepan telah beralih fungsi, seperti daerah-daerah dibantaran sungai dan sebagainya.
Sementara untuk sistem transportasi Kota Samarinda, terutama sistem jaringan jalan, dimana ada dibeberapa titik Kota Samarinda telah mengalami kelebihan daya tamping/over capacity, maka diperlukan pemisahan antara pola perjalanan jarak jauh dan pola perjalanan dalam kota. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah mengambil kebijakan berupa pembangunan jalan outer Ring Road Samarinda dimana untuk memfungsikannya telah dibangun jembatan Mahulu. Namun demikian kebijakan pembangunan Outer Ring Road tersebut terhambat dengan pengadaan/pembebasan lahan.
Sedangkan untuk Pembangunan Bandara Samarinda Baru, dimana scheme pembangunannya untuk sisi darat menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan sisi udara menjadi tanggung jawab Pemerintah Republik Indonesia. Untuk itu diharapkan Pemerintah Kota Samarinda dapat berbagi peran dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mewujudkan pembangunannya.
Mengingat perkembangan Kota Samarinda yang sangat pesat dan cepat serta kompleksitas permasalahan yang dihadapi, beban Kota Samarinda saati ini sudah melebihi daya dukungnya. Oleh sebab itu Pemerintah Kota Samarinda perlu mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru secara terencana (by design).
Selain itu diharapkan Pemerintah Kota Samarinda dalam mengusulkan program-program pembangunan melalui sumber dana bantuan keuangan benar-benar mengacu kepada kebutuhan untuk memecahkan permasalahan dan selaras serta mendukung program pembangunan Provinsi Kalimantan Timur.
Untuk Tahun Anggaran 2010 Kota Samarinda baik melalui dana APBN dan bantuan keuangan APBD Provinsi Kalimantan Timur sebesar Rp. 902, 625 Milyar dengan rincian Dana APBN melalau Dana Dekonsentrasi sebesar Rp. 664.904.598.000,- Dana Tugas Perbantuan sebesar Rp. 1.943.501.000,- dan Dana Urusan Bersama sebesar Rp. 4.780.000.000,-. Sementara untuk dana Bantuan Keuangan APBD Provinsi Kalimantan Timur tahun anggaran 2010 sebesar Rp.231,097 Milyar dengan rincian Program Infrastruktur sebesar Rp. 123.690.000.000,- dan Program SDM sebesar Rp. 96.867.000.000,- serta Program Pertanian sebesar Rp. 5.540.000.000,-. (****skr).
Sumber :
http://bappedakaltim.com/component/content/article/77-berita-musrenbang/171-penangan-banjir.html
22 Maret 2010
Pariwisata Kota Samarinda
Kawasan Wisata Budaya Pampang
Kawasan Pampang yang terletak sekitar 20 km dari kota Samarinda merupakan kawasan wisata budaya yang menarik untuk menyaksikan kehidupan suku Dayak Kenyah. Obyek wisata budaya ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor melalui jalan raya Samarinda-Bontang. Daya tarik yang dapat disaksikan adalah Lamin atau rumah adat suku Dayak serta tarian dan upacara adat Dayak Kenyah.
Air Terjun Tanah Merah
Terletak sekitar 14 km dari pusat kota Samarinda tepatnya di dusun Purwosari kecamatan Samarinda Utara. Tempat ini merupakan pilihan tepat bagi wisata keluarga karena dilengkapi pendopo istirahat, tempat berteduh dengan pohon peneduh di sekitar lokasi, warung, areal parkir kendaraan yang luas, pentas terbuka dan tempat pemandian. untuk mencapai obyek wisata tersebut, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat serta angkutan umum trayek Pasar Segiri - Sungai Siring. .
Penangkaran Budaya Makroman
Terletak di desa Pulau Atas, kecamatan Palaran dengan jarak lebih kurang 6 km dari Samarinda. Jenis buaya yang dipelihara yaitu buaya air tawar dan buaya Supit. Tempat pengembangbiakan buaya ini telah di lengkapi sarana dan prasarana wisata.
Kebun Raya Samarinda
Terletak di sebelah Utara kota Samarinda yang berjarak 20 km atau 30 menit perjalan darat. Di Kebun Raya Samarinda terdapat atraksi Danau alam, kebun binatang, panggung hiburan.
Telaga Permai Batu Besaung
Obyek wisata Telaga Permai Batu Besaung merupakan obyek wisata alam, terletak di Sempaja 15 km dari pusat kota Samarinda dengan kendaraan motor/mobil. Obyek wisata ini telah dilengkapi sarana dan prasarana wisata.
Kerajinan Tenun Ikat Sarung Samarinda
Terletak di jalan Bung Tomo Samarinda Seberang. Obyek wisata ini merupakan proses pembuatan sarung tradisional Samarinda, yang berjarak 8 km dari pusat kota Samarinda. Obyek tersebut telah dilengakapi sarana dan prasarana wisata. Kerajian tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam di sisi kiri Mahakam (sekarang menjadi Samarinda Seberang). Hampir disetiap perkampungan suku Bugis (kelurahan masjid Baka) dapat ditemukan pengrajin sarung Samarinda. Alat tenun yang digunakan para pengrajin adalah alat tradisional disebut "Gedokan" atau menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Produk yang dihasilkan untuk 1 (satu) buah sarung memakan waktu tiga minggu.
Taman Rekreasi Lembah Hijau
Obyek wisata Lembah Hijau merupakan obyek wisata alam, terletak di jalur jalan Samarinda - Bontang 15,5 km dari Samarinda dengan kendaraan mobil/motor. Atrakasi yang terdapat obyek yang bersebelahan dengan pagar alam ini adalah tampilan atraksi yaitu replika hutan yang terdiri dari jenis kayu hutan Kalimantan serta tanaman rotan terdapat di lokasi wisata ini. Fasilitas yang tersedia adalah : cafetaria, pendopo pertemuan dan kolam pancing, camping ground.
Hutan Raya Unmul
Terletak 3 km dari terminal Lempake dilengkapi fasilitas olah raga, perahu wisata, mini zoo. Bagi wisatawan yang akan berkunjung ke obyek wisata alam Hutan Raya Unmul dapat menggunakan kendaraan roda 4 kendati di sana sudah tersedia petugas dan pusat informasinya..
Citra Niaga
Citra Niaga merupakan kawasan pusat perdagangan yang dirancang untuk menyediakan tempat usaha bagi pedagang kecil (60%) serta pedagang besar dan menengah (40%). Karena konsep pembangunan dan arsitekturnya yang estetis, Citra Niaga memperoleh penghargaan internasional Aga Khan Award pada tahun 1987.
Sebagai kota jasa dan perdagangan, di Samarinda terdapat 3 buah pusat perbelanjaan yang selalu ramai dikunjungi setiap harinya yakni Mal Lembuswana, Mal Mesra Indah dan Samarinda Central Plaza (SCP).
Sumber :
http://www.kutaikartanegara.com/wisata/samarinda.html
Kawasan Pampang yang terletak sekitar 20 km dari kota Samarinda merupakan kawasan wisata budaya yang menarik untuk menyaksikan kehidupan suku Dayak Kenyah. Obyek wisata budaya ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor melalui jalan raya Samarinda-Bontang. Daya tarik yang dapat disaksikan adalah Lamin atau rumah adat suku Dayak serta tarian dan upacara adat Dayak Kenyah.
Air Terjun Tanah Merah
Terletak sekitar 14 km dari pusat kota Samarinda tepatnya di dusun Purwosari kecamatan Samarinda Utara. Tempat ini merupakan pilihan tepat bagi wisata keluarga karena dilengkapi pendopo istirahat, tempat berteduh dengan pohon peneduh di sekitar lokasi, warung, areal parkir kendaraan yang luas, pentas terbuka dan tempat pemandian. untuk mencapai obyek wisata tersebut, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat serta angkutan umum trayek Pasar Segiri - Sungai Siring. .
Penangkaran Budaya Makroman
Terletak di desa Pulau Atas, kecamatan Palaran dengan jarak lebih kurang 6 km dari Samarinda. Jenis buaya yang dipelihara yaitu buaya air tawar dan buaya Supit. Tempat pengembangbiakan buaya ini telah di lengkapi sarana dan prasarana wisata.
Kebun Raya Samarinda
Terletak di sebelah Utara kota Samarinda yang berjarak 20 km atau 30 menit perjalan darat. Di Kebun Raya Samarinda terdapat atraksi Danau alam, kebun binatang, panggung hiburan.
Telaga Permai Batu Besaung
Obyek wisata Telaga Permai Batu Besaung merupakan obyek wisata alam, terletak di Sempaja 15 km dari pusat kota Samarinda dengan kendaraan motor/mobil. Obyek wisata ini telah dilengkapi sarana dan prasarana wisata.
Kerajinan Tenun Ikat Sarung Samarinda
Terletak di jalan Bung Tomo Samarinda Seberang. Obyek wisata ini merupakan proses pembuatan sarung tradisional Samarinda, yang berjarak 8 km dari pusat kota Samarinda. Obyek tersebut telah dilengakapi sarana dan prasarana wisata. Kerajian tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam di sisi kiri Mahakam (sekarang menjadi Samarinda Seberang). Hampir disetiap perkampungan suku Bugis (kelurahan masjid Baka) dapat ditemukan pengrajin sarung Samarinda. Alat tenun yang digunakan para pengrajin adalah alat tradisional disebut "Gedokan" atau menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Produk yang dihasilkan untuk 1 (satu) buah sarung memakan waktu tiga minggu.
Taman Rekreasi Lembah Hijau
Obyek wisata Lembah Hijau merupakan obyek wisata alam, terletak di jalur jalan Samarinda - Bontang 15,5 km dari Samarinda dengan kendaraan mobil/motor. Atrakasi yang terdapat obyek yang bersebelahan dengan pagar alam ini adalah tampilan atraksi yaitu replika hutan yang terdiri dari jenis kayu hutan Kalimantan serta tanaman rotan terdapat di lokasi wisata ini. Fasilitas yang tersedia adalah : cafetaria, pendopo pertemuan dan kolam pancing, camping ground.
Hutan Raya Unmul
Terletak 3 km dari terminal Lempake dilengkapi fasilitas olah raga, perahu wisata, mini zoo. Bagi wisatawan yang akan berkunjung ke obyek wisata alam Hutan Raya Unmul dapat menggunakan kendaraan roda 4 kendati di sana sudah tersedia petugas dan pusat informasinya..
Citra Niaga
Citra Niaga merupakan kawasan pusat perdagangan yang dirancang untuk menyediakan tempat usaha bagi pedagang kecil (60%) serta pedagang besar dan menengah (40%). Karena konsep pembangunan dan arsitekturnya yang estetis, Citra Niaga memperoleh penghargaan internasional Aga Khan Award pada tahun 1987.
Sebagai kota jasa dan perdagangan, di Samarinda terdapat 3 buah pusat perbelanjaan yang selalu ramai dikunjungi setiap harinya yakni Mal Lembuswana, Mal Mesra Indah dan Samarinda Central Plaza (SCP).
Sumber :
http://www.kutaikartanegara.com/wisata/samarinda.html
Amins : Impian Membangun Jalan Layang
Wali Kota Samarinda Achmad Amins menyatakan dukungan penuh terhadap rencana pembuatan jalan layang. Bahkan, pemimpin Samarinda dua periode ini menyebut pembangunan jalan layang adalah impiannya sejak dulu. “Jangan sampai kemacetan kota ini seperti Jakarta. Saya juga memimpikan ini (jalan layang), tapi belum kesampaian,” kata Achmad Amins saat berbincang dengan media ini seusai pelaksanaan upacara kemerdekaan di Stadion Sempaja kemarin . Akhir-akhir ini bergulir wacana bahwa Pemprov Kaltim akan membangun jalan layang di Jalan Slamet Riyadi-RE Martadinata-Pangeran Antasari. Jalan layang ini akan dibuat dua ruas.
Yakni, dari Jalan P Antasari–simpang tiga Jalan Cendana dibuat seperti setengah lingkaran memutar ke arah Jalan Slamet Riyadi. Ruas yang satu lagi, juga dibuat dari titik itu, memutar ke ruas jalan RE Martadinata. Sebagian posisi dua badan jalan layang itu akan berada di atas Sungai Mahakam.
Estimasi dana yang dibutuhkan untuk pembangunannya Rp 90 miliar. Upaya ini dilakukan sebagai salah satu solusi mengatasi kemacaten di ruas jalan tersebut. Nantinya, semua kendaraan yang melintas tak akan berpapasan satu dengan yang lainnya karena tak ada persimpangan.
“Saya berharap pengganti saya bisa meneruskan ini. Pemprov dan pemkot juga bekerjasama mengatasi masalah kemacetan. Karena sebagai ibukota provinsi, Samarinda harus dikelola bersama,” kata Amins.
Kenapa rencana itu bukan dari pemkot? Menurut Amins, pemkot bukannya tinggal diam melihat kepadatan lalu lintas di kota ini yang kian meningkat. Wacana pembentukan jalan layang juga sudah direncanakan Pemkot Samarinda.
“Tak masalah jika pemprov yang mengusulkan. Karena pemrov dan pemkot punya tujuan yang sama,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Samarinda, Dadang Airlangga, menyatakan, Pemkot Samarinda juga telah menyusun jalur pembuatan jalan layang. Ada 3 jalur yang masuk dalam konsep Pemkot Samarinda, Jembatan Mahakan – Pergudangan, Jalan Otto Iskandardinata–Awang Long dan Simpang Empat Air Hitam.
“Ini sudah masuk tahap Survei Investigasi Design (SID). Memang rencana ini belum detil, karena kami masih berkonsultasi untuk dimasukkan ke APBD atau APBN,” kata Dadang.(Kaltim pos).
Sumber :
http://www.bappeda.samarinda.go.id/berita.php?id=1390
19 Agustus 2010
Yakni, dari Jalan P Antasari–simpang tiga Jalan Cendana dibuat seperti setengah lingkaran memutar ke arah Jalan Slamet Riyadi. Ruas yang satu lagi, juga dibuat dari titik itu, memutar ke ruas jalan RE Martadinata. Sebagian posisi dua badan jalan layang itu akan berada di atas Sungai Mahakam.
Estimasi dana yang dibutuhkan untuk pembangunannya Rp 90 miliar. Upaya ini dilakukan sebagai salah satu solusi mengatasi kemacaten di ruas jalan tersebut. Nantinya, semua kendaraan yang melintas tak akan berpapasan satu dengan yang lainnya karena tak ada persimpangan.
“Saya berharap pengganti saya bisa meneruskan ini. Pemprov dan pemkot juga bekerjasama mengatasi masalah kemacetan. Karena sebagai ibukota provinsi, Samarinda harus dikelola bersama,” kata Amins.
Kenapa rencana itu bukan dari pemkot? Menurut Amins, pemkot bukannya tinggal diam melihat kepadatan lalu lintas di kota ini yang kian meningkat. Wacana pembentukan jalan layang juga sudah direncanakan Pemkot Samarinda.
“Tak masalah jika pemprov yang mengusulkan. Karena pemrov dan pemkot punya tujuan yang sama,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Samarinda, Dadang Airlangga, menyatakan, Pemkot Samarinda juga telah menyusun jalur pembuatan jalan layang. Ada 3 jalur yang masuk dalam konsep Pemkot Samarinda, Jembatan Mahakan – Pergudangan, Jalan Otto Iskandardinata–Awang Long dan Simpang Empat Air Hitam.
“Ini sudah masuk tahap Survei Investigasi Design (SID). Memang rencana ini belum detil, karena kami masih berkonsultasi untuk dimasukkan ke APBD atau APBN,” kata Dadang.(Kaltim pos).
Sumber :
http://www.bappeda.samarinda.go.id/berita.php?id=1390
19 Agustus 2010
Kunjungan Wisman Naik 5 Persen
Tahun 2010 yang dicanangkan sebagai tahun kunjungan wisata dinilai cukup berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kaltim. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kaltim hingga Juli 2010, khusus wisatawan mancanegara (Wisman) meningkat lima persen, sedangkan wisatawan nusantara (wisnus) mencapai 10 persen. Kabupaten Berau dan Kutai Kartanegara (Kukar) masih menjadi dua daerah yang paling favorit untuk dikunjungi para wisatawan tersebut. Sedangkan 12 Kabupaten dan Kota lainnya, masih relatif normal dari biasanya.
Terutama Berau yang setiap tahun terus membenahi objek wisatanya dalam hal ini Pulau Derawannya. Bandaranya sudah bisa didarati pesawat berbadan lebar, akses menuju Derawan juga semakin mudah, makanya Berau menempati posisi kabupaten yang paling banyak dikunjungi wisatawan dalam hal ini Wismannya," kata Kepala Disbudpar Kaltim Firminus Kunum, Selasa (17/8).
Selain itu menurutnya, banyaknya even kebudayaan yang digelar selama 2010 dengan tentunya jaminan keamanan, Wisman banyak berkunjung. Kabupaten dan Kota juga semakin sadar dengan pontensi wisata unggulan yang dimiliki untuk meningkatkan sumber PAD.
"Kabupaten dan Kota terlihat meningkatkan pengelolaan dan faktor pendukung lainnya guna mengedepankan objek wisata unggulan itu dalam menyerap wisatawan untuk datang. Jadi benar-benar sekarang ini saling berkesinambungan, kami yakin ke depannya akan terus meningkat kunjungan wisatawan kita," ujarnya.
Kendati demikian, infrastruktur jalan yang masih belum memadai tetap menjadi kendala utama. Sebab dari data Disbudpar, banyak objek wisata yang masih sulit dijangkau dengan transportasi darat.
"Seperti di Nunukan, Malinau dan Kubar. Padahal di pedalaman-pedalaman mereka itu, banyak objek wisata yang bisa dikembangkan, tapi akses kesananya sulit, jadi wisatawan kita pun sulit untuk datang ke sana. Mudah-mudahan ke depannya, sedikit demi sedikit kendala-kendala itu bisa kita tanggulangi,"
Sumber :
Ir. Ismono
http://www.bappeda.samarinda.go.id/berita.php?id=1389
18 Agustus 2010
Terutama Berau yang setiap tahun terus membenahi objek wisatanya dalam hal ini Pulau Derawannya. Bandaranya sudah bisa didarati pesawat berbadan lebar, akses menuju Derawan juga semakin mudah, makanya Berau menempati posisi kabupaten yang paling banyak dikunjungi wisatawan dalam hal ini Wismannya," kata Kepala Disbudpar Kaltim Firminus Kunum, Selasa (17/8).
Selain itu menurutnya, banyaknya even kebudayaan yang digelar selama 2010 dengan tentunya jaminan keamanan, Wisman banyak berkunjung. Kabupaten dan Kota juga semakin sadar dengan pontensi wisata unggulan yang dimiliki untuk meningkatkan sumber PAD.
"Kabupaten dan Kota terlihat meningkatkan pengelolaan dan faktor pendukung lainnya guna mengedepankan objek wisata unggulan itu dalam menyerap wisatawan untuk datang. Jadi benar-benar sekarang ini saling berkesinambungan, kami yakin ke depannya akan terus meningkat kunjungan wisatawan kita," ujarnya.
Kendati demikian, infrastruktur jalan yang masih belum memadai tetap menjadi kendala utama. Sebab dari data Disbudpar, banyak objek wisata yang masih sulit dijangkau dengan transportasi darat.
"Seperti di Nunukan, Malinau dan Kubar. Padahal di pedalaman-pedalaman mereka itu, banyak objek wisata yang bisa dikembangkan, tapi akses kesananya sulit, jadi wisatawan kita pun sulit untuk datang ke sana. Mudah-mudahan ke depannya, sedikit demi sedikit kendala-kendala itu bisa kita tanggulangi,"
Sumber :
Ir. Ismono
http://www.bappeda.samarinda.go.id/berita.php?id=1389
18 Agustus 2010
Wisata : Samarinda
Samarinda adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota dari provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Kota Samarinda dapat dicapai dengan perjalanan darat, laut dan udara. Dengan Sungai Mahakam yang membelah di tengah Kota Samarinda, yang menjadi "gerbang" menuju pedalaman Kalimantan Timur.
Obyek Wisata
Desa Budaya Pampang
Kawasan Pampang yang terletak sekitar 20 km dari kota Samarinda merupakan kawasan wisata budaya yang menarik untuk menyaksikan kehidupan suku Dayak Kenyah. Obyek wisata budaya ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor melalui jalan raya Samarinda-Bontang. Daya tarik yang dapat disaksikan adalah Lamin atau rumah adat suku Dayak serta tarian dan upacara adat Dayak Kenyah yang diselenggarakan setiap hari Minggu pukul 14.00 wita.
Air Terjun Tanah Merah
Terletak sekitar 14 km dari pusat kota Samarinda tepatnya di dusun Purwosari kecamatan Samarinda Utara. Tempat ini merupakan pilihan tepat bagi wisata keluarga karena dilengkapi pendopo istirahat, tempat berteduh dengan pohon peneduh di sekitar lokasi, warung, areal parkir kendaraan yang luas, pentas terbuka dan tempat pemandian. untuk mencapai obyek wisata tersebut, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat serta angkutan umum trayek Pasar Segiri - Sungai Siring. Untuk saat ini tempat wisata ini kurang mendapat perhatian akibatnya mutu pelayanan jadi berkurang sehingga perlu adanya perhatian dari pemerintah daerah untuk mengembangkan tempat ini.
Penangkaran Buaya Makroman
Terletak di kawasan Makroman dengan jarak lebih kurang 6 km dari pusat kota Samarinda. Jenis buaya yang dipelihara yaitu buaya air tawar dan buaya Supit. Tempat pengembangbiakan buaya ini telah di lengkapi sarana dan prasarana wisata.
Kebun Raya Samarinda
Terletak di sebelah Utara kota Samarinda yang berjarak 20 km atau 30 menit perjalan darat. Di Kebun Raya Samarinda terdapat atraksi Danau alam, kebun binatang, panggung hiburan.
Telaga Permai Batu Besaung
Obyek wisata Telaga Permai Batu Besaung merupakan obyek wisata alam, terletak di Sempaja 15 km dari pusat kota Samarinda dengan kendaraan motor/mobil. Obyek wisata ini telah dilengkapi sarana dan prasarana wisata.
Kerajinan Tenun Ikat Sarung Samarinda
Terletak di Jalan Pangeran Bendahara Samarinda Seberang. Obyek wisata ini merupakan proses pembuatan sarung tradisional Samarinda, yang berjarak 8 km dari pusat kota Samarinda. Obyek tersebut telah dilengakapi sarana dan prasarana wisata. Kerajian tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam di sisi kiri Mahakam (sekarang menjadi Samarinda Seberang). Hampir disetiap perkampungan suku Bugis (kelurahan masjid Baka) dapat ditemukan pengrajin sarung Samarinda. Alat tenun yang digunakan para pengrajin adalah alat tradisional disebut "Gedokan" atau menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Produk yang dihasilkan untuk 1 (satu) buah sarung memakan waktu tiga minggu.
Masjid Shiratal Mustaqiem
Masjid Shiratal Mustaqiem adalah masjid tertua di kota Samarinda. Masjid ini didirikan pada tahun 1881 masehi. Masjid ini menjadi objek wisata rohani dan ramai pada acara-acara hari besar Islam.
Citra Niaga
Citra Niaga merupakan kawasan pusat perdagangan yang dirancang untuk menyediakan tempat usaha bagi pedagang kecil (60%) serta pedagang besar dan menengah (40%). Citra Niaga dibangun pada tanggal 27 Agustus 1987[8]. Pusat Kegiatan karya arsitek Antonio Ismael ini pernah memperoleh perhargaan internasional Aga Khan Award for Architecture (AKAA) pada tahun 1989. Citra Niaga pernah mengalami kebakaran pada tahun 2006 dan kemudian dibangun kembali namun tidak persis sama dengan kondisi awal dibangun dan merupakan pusat kerajinan tradisional di kota Samarinda.
Taman Tepian Mahakam
Taman Tepian Mahakam berada di sebelah kiri Jl.Gajah Mada hingga Jl.Slamet Riyadi. Taman ini dibuat pada periode 1990-an sebagai pengindah kota. Selain taman untuk masyarakat bersantai ria, Tepian Mahakam juga dilengkapi dengan fasilitas olahraga seperti lapangan voli, lapangan basket, dan lapangan sepak bola. Pada malam hari, Tepian Mahakam menjadi arena bermain anak-anak dan pujasera yang menjual berbagai macam makanan.
Makam La Mohang Daeng Mangkona (pendiri kota Samarinda)
Makam ini berlokasi di Jl.Mas Penghulu kelurahan Mesjid, Samarinda Seberang. Makam ini merupakan salah satu objek wisata ziarah dan ramai diziarahi pada hari-hari besar Islam dan hari jadi Kota Samarinda karena La Mohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado) adalah pendiri kota Samarinda yang membangun pemukiman pertama kali di Samarinda Seberang.
Pusat Perbelanjaan
Plaza dan Mal
Mal Mesra Indah, yang merupakan mal pertama di kota Samarinda.
Mal Lembuswana, mal ini terletak di pusat kota Samarinda. Mal ini merupakan mal terluas di Samarinda yang ditandai dengan adanya parkir yang cukup memadai.
Samarinda Central Plaza, merupakan mal ketiga yang dibangun di kota Samarinda sekitar tahun 1998. Mal ini terletak di Jl.Pulau Irian.
Plaza Mulia, merupakan mal keempat yang dibangun dan terbilang masih baru. Mal ini dibuka pada pertengahan bulan September 2009. Mal ini berlokasi di Jl.Bhayangkara.
Pasar
Pasar Pagi, merupakan pasar tertua dan terbesar di Kota Samarinda. Pasar ini awalnya dibangun di pinggir sungai Mahakam. Namun, seiring perkembangan kota, maka pasar dipindahkan agak menjauh dari tepi sungai karena tepi sungai dibuat jalan.
Pasar Segiri, merupakan pasar terbesar kedua di kota Samarinda.
Pasar Rahmat, terletak di Jl.Lambung Mangkurat Pelita
Pasar Kedondong, terletak di Jl.Ulin Karang Asam Ilir
Pasar Kemuning, terletak di Loa Bakung
Pasar Harapan Baru, terletak di Jl.Kurnia Makmur Harapan Baru. Pasar ini pernah terbakar hebat pada tahun 2003 sehingga seluruh pasar dan sebagian rumah warga hangus. Pasar ini kembali dibangun beberapa bulan kemudian dan Jl.Kurnia Makmur dibuat menjadi dua jalur untuk mencegah kebakaran lagi yang meluas karena sebelumnya Jl.Kurnia Makmur terbilang sempit sehingga api yang berada di pasar sebelah kiri pasar dapat menyambar ke bagian pasar sebelah kanan.
Transportasi
Kota Samarinda dapat ditujui dengan berbagai cara.
Darat
Kota Samarinda yang tepat berada ditengah-tengah perlintasan jalan Trans Kalimantan bagian Kaltim selatan dapat dituju dari berbagai arah. Bagi yang berasal dari luar Kaltim, Kota Samarinda dapat ditujui dengan menyinggahi Kota Balikpapan lalu melanjutkan perjalanan darat Jl.Soekarno-Hatta sepanjang kurang lebih 100 km.
Air
Kota Samarinda bisa dituju dengan menggunakan transportasi air, baik transportasi sungai (kebanyakan dari wilayah ulu Mahakam) maupun laut (kebanyakan kapal laut dari Sulawesi). Pelabuhan yang khusus untuk kapal laut berada di Jl.Yos Sudarso dekat pelabuhan kontainer.
Udara
Saat ini kota Samarinda sedang membangun sebuah bandar udara domestik agar warga dari luar Samarinda bisa langsung menuju ke Samarinda karena saat ini belum ada bandar udara yang representatif. Satu-satunya bandar udara di Samarinda adalah Bandara Temindung yang hanya bisa didarati oleh pesawat kecil dan melayani penerbangan ke wilayah pedalaman di Kaltim.
Sumber :
http://id.wikibooks.org/wiki/Wisata:Samarinda
Obyek Wisata
Desa Budaya Pampang
Kawasan Pampang yang terletak sekitar 20 km dari kota Samarinda merupakan kawasan wisata budaya yang menarik untuk menyaksikan kehidupan suku Dayak Kenyah. Obyek wisata budaya ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor melalui jalan raya Samarinda-Bontang. Daya tarik yang dapat disaksikan adalah Lamin atau rumah adat suku Dayak serta tarian dan upacara adat Dayak Kenyah yang diselenggarakan setiap hari Minggu pukul 14.00 wita.
Air Terjun Tanah Merah
Terletak sekitar 14 km dari pusat kota Samarinda tepatnya di dusun Purwosari kecamatan Samarinda Utara. Tempat ini merupakan pilihan tepat bagi wisata keluarga karena dilengkapi pendopo istirahat, tempat berteduh dengan pohon peneduh di sekitar lokasi, warung, areal parkir kendaraan yang luas, pentas terbuka dan tempat pemandian. untuk mencapai obyek wisata tersebut, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat serta angkutan umum trayek Pasar Segiri - Sungai Siring. Untuk saat ini tempat wisata ini kurang mendapat perhatian akibatnya mutu pelayanan jadi berkurang sehingga perlu adanya perhatian dari pemerintah daerah untuk mengembangkan tempat ini.
Penangkaran Buaya Makroman
Terletak di kawasan Makroman dengan jarak lebih kurang 6 km dari pusat kota Samarinda. Jenis buaya yang dipelihara yaitu buaya air tawar dan buaya Supit. Tempat pengembangbiakan buaya ini telah di lengkapi sarana dan prasarana wisata.
Kebun Raya Samarinda
Terletak di sebelah Utara kota Samarinda yang berjarak 20 km atau 30 menit perjalan darat. Di Kebun Raya Samarinda terdapat atraksi Danau alam, kebun binatang, panggung hiburan.
Telaga Permai Batu Besaung
Obyek wisata Telaga Permai Batu Besaung merupakan obyek wisata alam, terletak di Sempaja 15 km dari pusat kota Samarinda dengan kendaraan motor/mobil. Obyek wisata ini telah dilengkapi sarana dan prasarana wisata.
Kerajinan Tenun Ikat Sarung Samarinda
Terletak di Jalan Pangeran Bendahara Samarinda Seberang. Obyek wisata ini merupakan proses pembuatan sarung tradisional Samarinda, yang berjarak 8 km dari pusat kota Samarinda. Obyek tersebut telah dilengakapi sarana dan prasarana wisata. Kerajian tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam di sisi kiri Mahakam (sekarang menjadi Samarinda Seberang). Hampir disetiap perkampungan suku Bugis (kelurahan masjid Baka) dapat ditemukan pengrajin sarung Samarinda. Alat tenun yang digunakan para pengrajin adalah alat tradisional disebut "Gedokan" atau menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Produk yang dihasilkan untuk 1 (satu) buah sarung memakan waktu tiga minggu.
Masjid Shiratal Mustaqiem
Masjid Shiratal Mustaqiem adalah masjid tertua di kota Samarinda. Masjid ini didirikan pada tahun 1881 masehi. Masjid ini menjadi objek wisata rohani dan ramai pada acara-acara hari besar Islam.
Citra Niaga
Citra Niaga merupakan kawasan pusat perdagangan yang dirancang untuk menyediakan tempat usaha bagi pedagang kecil (60%) serta pedagang besar dan menengah (40%). Citra Niaga dibangun pada tanggal 27 Agustus 1987[8]. Pusat Kegiatan karya arsitek Antonio Ismael ini pernah memperoleh perhargaan internasional Aga Khan Award for Architecture (AKAA) pada tahun 1989. Citra Niaga pernah mengalami kebakaran pada tahun 2006 dan kemudian dibangun kembali namun tidak persis sama dengan kondisi awal dibangun dan merupakan pusat kerajinan tradisional di kota Samarinda.
Taman Tepian Mahakam
Taman Tepian Mahakam berada di sebelah kiri Jl.Gajah Mada hingga Jl.Slamet Riyadi. Taman ini dibuat pada periode 1990-an sebagai pengindah kota. Selain taman untuk masyarakat bersantai ria, Tepian Mahakam juga dilengkapi dengan fasilitas olahraga seperti lapangan voli, lapangan basket, dan lapangan sepak bola. Pada malam hari, Tepian Mahakam menjadi arena bermain anak-anak dan pujasera yang menjual berbagai macam makanan.
Makam La Mohang Daeng Mangkona (pendiri kota Samarinda)
Makam ini berlokasi di Jl.Mas Penghulu kelurahan Mesjid, Samarinda Seberang. Makam ini merupakan salah satu objek wisata ziarah dan ramai diziarahi pada hari-hari besar Islam dan hari jadi Kota Samarinda karena La Mohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado) adalah pendiri kota Samarinda yang membangun pemukiman pertama kali di Samarinda Seberang.
Pusat Perbelanjaan
Plaza dan Mal
Mal Mesra Indah, yang merupakan mal pertama di kota Samarinda.
Mal Lembuswana, mal ini terletak di pusat kota Samarinda. Mal ini merupakan mal terluas di Samarinda yang ditandai dengan adanya parkir yang cukup memadai.
Samarinda Central Plaza, merupakan mal ketiga yang dibangun di kota Samarinda sekitar tahun 1998. Mal ini terletak di Jl.Pulau Irian.
Plaza Mulia, merupakan mal keempat yang dibangun dan terbilang masih baru. Mal ini dibuka pada pertengahan bulan September 2009. Mal ini berlokasi di Jl.Bhayangkara.
Pasar
Pasar Pagi, merupakan pasar tertua dan terbesar di Kota Samarinda. Pasar ini awalnya dibangun di pinggir sungai Mahakam. Namun, seiring perkembangan kota, maka pasar dipindahkan agak menjauh dari tepi sungai karena tepi sungai dibuat jalan.
Pasar Segiri, merupakan pasar terbesar kedua di kota Samarinda.
Pasar Rahmat, terletak di Jl.Lambung Mangkurat Pelita
Pasar Kedondong, terletak di Jl.Ulin Karang Asam Ilir
Pasar Kemuning, terletak di Loa Bakung
Pasar Harapan Baru, terletak di Jl.Kurnia Makmur Harapan Baru. Pasar ini pernah terbakar hebat pada tahun 2003 sehingga seluruh pasar dan sebagian rumah warga hangus. Pasar ini kembali dibangun beberapa bulan kemudian dan Jl.Kurnia Makmur dibuat menjadi dua jalur untuk mencegah kebakaran lagi yang meluas karena sebelumnya Jl.Kurnia Makmur terbilang sempit sehingga api yang berada di pasar sebelah kiri pasar dapat menyambar ke bagian pasar sebelah kanan.
Transportasi
Kota Samarinda dapat ditujui dengan berbagai cara.
Darat
Kota Samarinda yang tepat berada ditengah-tengah perlintasan jalan Trans Kalimantan bagian Kaltim selatan dapat dituju dari berbagai arah. Bagi yang berasal dari luar Kaltim, Kota Samarinda dapat ditujui dengan menyinggahi Kota Balikpapan lalu melanjutkan perjalanan darat Jl.Soekarno-Hatta sepanjang kurang lebih 100 km.
Air
Kota Samarinda bisa dituju dengan menggunakan transportasi air, baik transportasi sungai (kebanyakan dari wilayah ulu Mahakam) maupun laut (kebanyakan kapal laut dari Sulawesi). Pelabuhan yang khusus untuk kapal laut berada di Jl.Yos Sudarso dekat pelabuhan kontainer.
Udara
Saat ini kota Samarinda sedang membangun sebuah bandar udara domestik agar warga dari luar Samarinda bisa langsung menuju ke Samarinda karena saat ini belum ada bandar udara yang representatif. Satu-satunya bandar udara di Samarinda adalah Bandara Temindung yang hanya bisa didarati oleh pesawat kecil dan melayani penerbangan ke wilayah pedalaman di Kaltim.
Sumber :
http://id.wikibooks.org/wiki/Wisata:Samarinda
Piknik ke Samarinda Seberang
Samarinda Seberang merupakan titik awal berdirinya Kota Samarinda. Sejarah terbentuknya Samarinda Seberang sendiri dimulai sekitar Tahun 1667. Saat itu sebagian orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa (Sulawesi Selatan) meminta suaka kepada Sultan Kutai. Mereka kemudian diberikan kesempatan oleh Sultan Kutai untuk membuka perkampungan di suatu Tanah Rendah.
Rombongan orang-orang Bugis Wajo ini dipimpin oleh Poea Adi. Sebagai imbalannya, perkampungan yang terbentuk juga dimaksudkan sebagi pertahanan dari serangan musuh. Sultan Kutai yang bijak memberi nama perkampungan ini “Sama Rendah”, yang dimaksudkan bahwa setiap penduduk baik asli maupun pendatang berderajat sama. Tak ada perbedaan antara suku Bugis, Kutai, Banjar dan suku lainnya. Diperkirakan pelafalan Sama Rendah ini lama-kelamaan berubah menjadi Samarinda.
Banyaknya orang Bugis yang masuk ke daerah Kerajaan Kutai ini diperkirakan juga merupakan proses syiar Islam yang dibawa oleh para pedagang muslim dari Sulawesi Selatan.
Masjid Shirathal Mustaqiem
Pada tahun 1881 didirikanlah Masjid Shirathal Mustaqiem oleh Sayyid Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf atau dikenal juga dengan nama Pangeran Bendahara. Kini masjid yang berada di Samarinda Seberang ini menjadi salah satu icon Kota Samarinda karena merupakan masjid tertua sekaligus berlatar belakang sejarah berdirinya Kota Samarinda. Masjid yang terbuat dari kayu ulin ini tak banyak berubah sejak awal didirikannya. Empat buah tiang penyangganya terbuat dari kayu ulin utuh dan mimbarnyapun terbuat dari kayu ulin dengan ukiran yang indah.
(intermezzo: rumah orang tua saya berjarak 4 rumah dari masjid ini J )
Bagian dalam Masjid Shirathal Mustaqiem
Bagi pelancong yang mengunjungi Kota Samarinda, alangkah baiknya bila tidak melewatkan Kecamatan Samarinda Seberang. Dari pusat kota, Samarinda Seberang bisa dicapai dengan menyeberangi Sungai Mahakam melalui Jembatan Mahakam, kemudian belok kiri menyusuri Jl. Bung Tomo hingga Jl. Pangeran Bendahara, yang termasuk kedalam Kelurahan Baqa dan Kelurahan Masjid.
Apa saja yang dapat ditemui di Samarinda Seberang ini? Di Jl. Pangeran Bendahara kita bisa melihat Masjid Shirathal Mustaqiem . Selain itu terdapat pula sebuah rumah tua adat Bugis yang sekarang pengelolaannya telah diambil alih oleh Pemkot Samarinda.
Home Industry Sarung Samarinda
Karena sebagian besar penduduk Samarinda Seberang adalah bersuku Bugis, maka kebudayaan Bugis sangat terasa kental di daerah ini. Salah satu pengaruh Bugis yang telah dikenal luas adalah “Kerajinan Tenun Sarung Samarinda”. Pengrajin tenun sarung Samarinda yang bersuku Bugis, tersebar pada Kelurahan Baqa dan Masjid. Sarung Samarinda terbuat dari benang sutra yang berasal dari China yang kemudian diolah agar menjadi kuat. Benang tersebut kemudian ditenun dengan menggunakan alat tradidional yang disebut “gedokan” atau menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Satu buah sarung membutuhkan pengerjaan hingga selama sekitar 3 minggu.
(intermezzo: Hmmm… jadi ingat dulu beberapa tetangga saya yang menenun sendiri sarungnya, serasa lamaaa banget nggak kelar2. Habisnya, sehelai demi sehelai benang gitu sih ngerjainnya J )
Sarung Samarinda yang indah
***
Di sepanjang Jl. Pangeran Bendahara terdapat beberapa outlet yang menjual
Sarung Samarinda-enak dipandang nyaman dipakai
kerajinan Sarung Samarinda ini. Coraknya yang khas dan atraktif membuat sebagian orang memilih sarung ini sebagai cendera mata. Belakangan ini sarung Samarinda dibuat dari 3 macam benang, yaitu benang dari ulat sutra, benang dari sutra kembang dan yang terakhir adalah benang katun. Kisaran harga untuk sarung berbahan sutra adalah lebih dari Rp 200.000. Sedangkan bagi yang tidak menyukai sutra, dapat memilih sarung berbahan campuran katun, namun tetap dengan corak yang sama dan tentu saja harga yang lebih murah, yaitu sekitar Rp. 50.000, mungkin yang ini boleh dibilang tiruannya karena bagaimanapun yang namanya sarung Samarinda adalah yang berbahan dasar benang sutra dan dikerjakan oleh pengrajin sarung di daerah Samarinda Seberang.
Nah sahabat, jika anda sedang bepergian ke Samarinda atau Balikpapan jangan lupa membeli sarung Samarinda untuk oleh-oleh orangtua,kerabat,sahabat atau kekasih anda. Sarung Samarinda dengan bahan dan design yang berkualitas dan apik memang enak dipandang dan nyaman dipakai.
” Saya memakai sarung Samarinda sejak tahun 1976 ketika saya dinas di Balikapapan. Bahkan setiap menjelang Lebaran saya selalu memesan sarung Samarinda untuk hadiah Lebaran bagi sanak-famili. Mereka sangat mengagumi sarung yang indah,ringan dan jatuhnya juga rapi dibadan”, kata pakde sambil bergaya di depan kamera pada sesi pemotretan untuk artikel ini.
***
Sumber :
otakkhanan.blog.friendster.com
id.wikipedia.org
Sumber :
Mariatul Kibtiah
http://www.eyankcholik.info/2010/05/13/piknik-ke-samarinda-seberang/
13 Mei 2010
Rombongan orang-orang Bugis Wajo ini dipimpin oleh Poea Adi. Sebagai imbalannya, perkampungan yang terbentuk juga dimaksudkan sebagi pertahanan dari serangan musuh. Sultan Kutai yang bijak memberi nama perkampungan ini “Sama Rendah”, yang dimaksudkan bahwa setiap penduduk baik asli maupun pendatang berderajat sama. Tak ada perbedaan antara suku Bugis, Kutai, Banjar dan suku lainnya. Diperkirakan pelafalan Sama Rendah ini lama-kelamaan berubah menjadi Samarinda.
Banyaknya orang Bugis yang masuk ke daerah Kerajaan Kutai ini diperkirakan juga merupakan proses syiar Islam yang dibawa oleh para pedagang muslim dari Sulawesi Selatan.
Masjid Shirathal Mustaqiem
Pada tahun 1881 didirikanlah Masjid Shirathal Mustaqiem oleh Sayyid Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf atau dikenal juga dengan nama Pangeran Bendahara. Kini masjid yang berada di Samarinda Seberang ini menjadi salah satu icon Kota Samarinda karena merupakan masjid tertua sekaligus berlatar belakang sejarah berdirinya Kota Samarinda. Masjid yang terbuat dari kayu ulin ini tak banyak berubah sejak awal didirikannya. Empat buah tiang penyangganya terbuat dari kayu ulin utuh dan mimbarnyapun terbuat dari kayu ulin dengan ukiran yang indah.
(intermezzo: rumah orang tua saya berjarak 4 rumah dari masjid ini J )
Bagian dalam Masjid Shirathal Mustaqiem
Bagi pelancong yang mengunjungi Kota Samarinda, alangkah baiknya bila tidak melewatkan Kecamatan Samarinda Seberang. Dari pusat kota, Samarinda Seberang bisa dicapai dengan menyeberangi Sungai Mahakam melalui Jembatan Mahakam, kemudian belok kiri menyusuri Jl. Bung Tomo hingga Jl. Pangeran Bendahara, yang termasuk kedalam Kelurahan Baqa dan Kelurahan Masjid.
Apa saja yang dapat ditemui di Samarinda Seberang ini? Di Jl. Pangeran Bendahara kita bisa melihat Masjid Shirathal Mustaqiem . Selain itu terdapat pula sebuah rumah tua adat Bugis yang sekarang pengelolaannya telah diambil alih oleh Pemkot Samarinda.
Home Industry Sarung Samarinda
Karena sebagian besar penduduk Samarinda Seberang adalah bersuku Bugis, maka kebudayaan Bugis sangat terasa kental di daerah ini. Salah satu pengaruh Bugis yang telah dikenal luas adalah “Kerajinan Tenun Sarung Samarinda”. Pengrajin tenun sarung Samarinda yang bersuku Bugis, tersebar pada Kelurahan Baqa dan Masjid. Sarung Samarinda terbuat dari benang sutra yang berasal dari China yang kemudian diolah agar menjadi kuat. Benang tersebut kemudian ditenun dengan menggunakan alat tradidional yang disebut “gedokan” atau menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Satu buah sarung membutuhkan pengerjaan hingga selama sekitar 3 minggu.
(intermezzo: Hmmm… jadi ingat dulu beberapa tetangga saya yang menenun sendiri sarungnya, serasa lamaaa banget nggak kelar2. Habisnya, sehelai demi sehelai benang gitu sih ngerjainnya J )
Sarung Samarinda yang indah
***
Di sepanjang Jl. Pangeran Bendahara terdapat beberapa outlet yang menjual
Sarung Samarinda-enak dipandang nyaman dipakai
kerajinan Sarung Samarinda ini. Coraknya yang khas dan atraktif membuat sebagian orang memilih sarung ini sebagai cendera mata. Belakangan ini sarung Samarinda dibuat dari 3 macam benang, yaitu benang dari ulat sutra, benang dari sutra kembang dan yang terakhir adalah benang katun. Kisaran harga untuk sarung berbahan sutra adalah lebih dari Rp 200.000. Sedangkan bagi yang tidak menyukai sutra, dapat memilih sarung berbahan campuran katun, namun tetap dengan corak yang sama dan tentu saja harga yang lebih murah, yaitu sekitar Rp. 50.000, mungkin yang ini boleh dibilang tiruannya karena bagaimanapun yang namanya sarung Samarinda adalah yang berbahan dasar benang sutra dan dikerjakan oleh pengrajin sarung di daerah Samarinda Seberang.
Nah sahabat, jika anda sedang bepergian ke Samarinda atau Balikpapan jangan lupa membeli sarung Samarinda untuk oleh-oleh orangtua,kerabat,sahabat atau kekasih anda. Sarung Samarinda dengan bahan dan design yang berkualitas dan apik memang enak dipandang dan nyaman dipakai.
” Saya memakai sarung Samarinda sejak tahun 1976 ketika saya dinas di Balikapapan. Bahkan setiap menjelang Lebaran saya selalu memesan sarung Samarinda untuk hadiah Lebaran bagi sanak-famili. Mereka sangat mengagumi sarung yang indah,ringan dan jatuhnya juga rapi dibadan”, kata pakde sambil bergaya di depan kamera pada sesi pemotretan untuk artikel ini.
***
Sumber :
otakkhanan.blog.friendster.com
id.wikipedia.org
Sumber :
Mariatul Kibtiah
http://www.eyankcholik.info/2010/05/13/piknik-ke-samarinda-seberang/
13 Mei 2010
Langganan:
Postingan (Atom)